MENGUAK DUNIA JIN PART 1

MENGAPA ORANG BERDZIKIR BISA KESURUPAN JIN
Oleh KH. Muhammad Luthfi Ghozali

Yang dimaksud menguak dunia jin dalam pembahasan ini bukan dalam arti mengenali makhluk jin di alam jin, atau di tempat-tempat yang angker, melainkan mengenali dampak gangguan jin yang ada dalam tubuh manusia. Jin di alam jin, tidak mungkin manusia dapat mengetahui hakekatnya, karena wujud jin tidak bisa dilihat manusia dengan matanya. Oleh karena jin tidak dapat dilihat dengan mata maka wujud jin pasti tidak mungkin dapat dibayangkan dalam hayal manusia. Jika ada orang mengaku pernah ketemu jin dan bisa membayangkan wujudnya, berarti orang tersebut telah tertipu baik oleh jin maupun oleh hayalannya sendiri. Maka mengenali jin yang dimaksud hanya dari akibat perbuatan jin terhadap manusia, seperti orang kesurupan atau orang terkena penyakit akibat perbuatan jin, kena santet misalnya.

Seringkali ada kejadian, orang yang sebenarnya ingin berbuat baik tapi malah berakibat buruk, hal itu disebabkan karena perbuatan tersebut kurang didukung penguasaan ilmu yang memadai, apalagi melakukannya hanya atas dasar ikut-ikutan saja. Seperti yang terjadi dalam pelaksanaan ruqyah yang pernah marak dilakukan sekelompok orang beberapa tahun lalu. Oleh karena kurang menguasai ilmunya, orang-orang tersebut yang sebenarnya ingin menolong temannya supaya tidak kesurupan jin malah berakibat sebaliknya, orang yang ditolong itu, yang sebelumnya tidak pernah kesurupan jin malah menjadi kesurupan jin, bahkan yang asalnya tidak sakit malah jadi sakit.

Ruqyah yang dahulu marak dilakukan itu, ternyata kini masih saja ada orang yang melakukannya. Jika dulu dilakukan dengan membaca ayat-ayat suci Alquran kini dengan membaca wirid dan dzikir berjama’ah, namun akibatnya sama, orang-orang yang berdzikir dalam majlis dzikir itu menjadi bergelimpangan tidak sadarkan diri. Para dzakirin yang naas itu bareng-bareng kesurupan jin, mereka lupa ingatan dan berteriak-teriak seperti orang gila. Namun anehnya, pimpinan majlis dzikir itu mengatakan, yang mereka lakukan itu sarana untuk mengeluarkan jin dari tubuh manusia. Apakah benar pelaksanaan dzikir seperti itu bisa dikatakan ruqyah? Mengapa orang yang asalnya sadar menjadi tidak sadar dan kesurupan jin dikatakan mengeluarkan jin dari tubuh orang tersebut ? Bagaimana logikanya orang yang asalnya sadar menjadi tidak sadar dan bahkan dapat berakibat sakit yang berkepanjangan malah dikatakan ruqyah, yang artinya menyembuhkan orang sakit ? Barangkali masih ada yang perlu diteliti dari apa yang mereka lakukan itu, pelaksanaan dzikir tersebut boleh jadi justru menyimpang dan menyalahi aturan dari apa yang dimaksud dengan ruqyah itu sendiri.

Coba kita renungkan, seandainya kesadaran orang yang sedang terganggu akibat kerasukan jin di dalam majlis dzikir tersebut tidak dapat dipulihkan kembali, hingga menjadi seperti orang gila dalam waktu yang panjang, mereka berteriak-teriak sepanjang jalan seperti saat pertama kali kesurupan jin pasca berdzikir, apa jadinya ? siapa yang dapat menolong mereka serta bertanggung jawab atas semua kejadian itu?
Apakah para pelaksana majlis dzikir itu mampu memberikan jaminan dapat memulihkan kembali kesadaran orang yang sedang dikuasai makhluk jin tersebut? Apakah mereka itu tidak berfikir bahwa orang yang sedang kesurupan jin itu berarti sedang menderita sakit akibat luka, terlebih luka itu berada di wilayah kesadaran mereka ?

Penulis merasa perlu menanggapi kejadian tersebut sebagai bentuk pengabdian hakiki seorang hamba yang dhoif kepada Tuhannya, demi keselamatan anak cucu kita semua dari tipudaya dan gangguan setan jin yang terkutuk. Penulis berpendapat bahwa majlis dzikir yang sekali waktu ditayangkan di tv yang menyebabkan pengikutnya menjadi kesurupan massal yang mereka katakan ruqyah untuk mengobati orang sakit, sesungguhnya itu bukan mengeluarkan jin dari tubuh manusia, melainkan justru sebaliknya, yakni membantu jin masuk ke tubuh manusia dan menguasai kesadarannya.
Perbuatan itu sesungguhnya bisa membahayakan kesehatan orang yang ikut berdzikir dalam majlis tersebut. Bahaya jangka pendek, orang yang pernah kesurupan itu akan berpotensi jadi langganan kesurupan jin lagi dan bahaya jangka panjang, orang yang pernah kesurupan jin itu bisa berakibat terjangkit penyakit jin di fisik, mudah terkena santet nyasar dan gila.

Ruqya dan Mantra

Ruqyah menurut bahasa artinya mantra atau jampi – jampi. Sedangkan yang dimaksud ruqyah adalah cara penyembuhan orang sakit sebagaimana yang biasa dilakukan orang-orang zaman jahiliyah, yang kemudian bagi pelaksanaannya yang sesuai dengan cara islami dibenarkan dan diperbolehkan oleh Baginda Nabi saw; sebagaimana contoh kejadian yang pernah terjadi pada zaman Rasulullah saw. yang tersebut di dalam hadis berikut ini:

حَدِيثُ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانُوا فِي سَفَرٍ فَمَرُّوا بِحَيٍّ مِنْ أَحْيَاءِ الْعَرَبِ فَاسْتَضَافُوهُمْ فَلَمْ يُضِيفُوهُمْ فَقَالُوا لَهُمْ هَلْ فِيكُمْ رَاقٍ فَإِنَّ سَيِّدَ الْحَيِّ لَدِيغٌ أَوْ مُصَابٌ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْهُمْ نَعَمْ فَأَتَاهُ فَرَقَاهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَبَرَأَ الرَّجُلُ فَأُعْطِيَ قَطِيعًا مِنْ غَنَمٍ فَأَبَى أَنْ يَقْبَلَهَا وَقَالَ حَتَّى أَذْكُرَ ذَلِكَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَاللَّهِ مَا رَقَيْتُ إِلَّا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ فَتَبَسَّمَ وَقَالَ وَمَا أَدْرَاكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ ثُمَّ قَالَ خُذُوا مِنْهُمْ وَاضْرِبُوا لِي بِسَهْمٍ مَعَكُمْ

Diriwayatkan dari Abu Said al-Khudri r.a ,” Sesungguhnya beberapa orang dari kalangan Sahabat Rasulullah saw sedang berada dalam perjalanan. Mereka pergi ke salah sebuah kampung Arab dan mereka berharap boleh menjadi tamu kepada penduduk kampung tersebut. Namun ternyata penduduk kampung itu tidak menerima. Tetapi ada yang bertanya: Apakah ada di antara kamu yang bisa menjampi?, Karena ketua kampung kami terkena santet. Salah seorang dari para Sahabat menjawab: Ya, ada. Lalu beliau menemui ketua kampung tersebut dan menjampinya dengan surat Al-Fatihah. Ketua kampung tersebut sembuh, maka Sahabat diberi beberapa ekor kambing. Namun sahat tersebut tidak mau menerima pemberian itu dan mengajukan syarat: “Aku akan menyampaikan terlebih dahulu kepada Nabi s.a.w”. Para sahabat rasul itu pun pulang dan menemui Nabi s.a.w dan menyatakan pengalaman tersebut. Sahabat itu berkata: Ya Rasulullah! Demi Allah, aku hanya menjampi/meruqyah dengan surat Al-Fatihah. Mendengar kata-kata itu, Rasulullah saw tersenyum dan bersabda: Tahukah engkau, bahwa Al-Fatihah itu memang merupakan jampi (ruqyah). Baginda bersabda lagi: Ambillah pemberian mereka dan pastikan aku mendapatkan bagian bersama kamu. (Riwayat Bukhari di dalam Kitab Pengobatan hadits nomor 5295, Riwayat Muslim di dalam Kitab Salam hadits nomor 4080, Riwayat Tirmidzi di dalam Kitab Sholat nomor 1989.)

Menurut hadis Nabi saw. di atas, yang dimaksud ruqyah adalah membacakan mantra atau jampi-jampi, baik dengan ayat suci Alquran al-Karim maupun dengan kalimat doa kepada orang yang sakit, supaya orang yang sakit itu menjadi sembuh. Ruqyah bukan dibacakan kepada orang yang sehat dan sadar kemudian malah menjadi kesurupan jin.

Kalau ditanyakan, mengapa orang yang berdzikir dalam majlis dzikir tersebut bisa kesurupan jin, padahal diyakini oleh pelakunya sebagai sarana mengeluarkan jin dari tubuh manusia?
Mari kita lebih mendalami berkenalan dengan jin. Jin adalah makhluk yang lebih kuat dari manusia. Mereka diciptakan dari api sedang manusia diciptakan dari debu. Jin dapat melihat manusia, sedangkan manusia tidak dapat melihat Jin. Jin bisa masuk tubuh manusia melalui urat darahnya, sedangkan manusia tidak dapat memasuki tubuh mereka. Bahkan iblis dan balatentaranya yakni para setan jin yang terkutuk telah ditetapkan sebagai musuh utama manusia. Allah SWT. berfirman:

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh (mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” QS Fathir ayat 6.

Supaya setan jin dapat melancarkan tipudaya dan menguasai pikiran manusia dengan mudah maka manusia yang telah ditentukan sebagai target sasarannya harus terlebih dahulu dikuasai kesadarannya. Dalam kaitan upaya ini Jin rupanya perlu bantuan dan bekerja sama dengan manusia yang kurang mengerti ilmu jin, maka kita lihat dalam fenomena ruqyah tersebut, upaya setan jin untuk menguasai kesadaran manusia itu benar-benar telah terfasilitasi. Dengan pelaksanan dzikir khusu’ yang dipaksakan itu, para dzakirin tersebut tanpa sadar justru terjebak mengundang jin untuk menguasai kesadaran mereka sendiri, terbukti dengan begitu cepat mereka kesurupan jin.

Mestinya dengan dzikir berjamaah itu kesadaran para pelakukan yang harus paling terjaga, karena hanya dengan kesadaran yang waras, dzikir yang dilakukan bisa dianggap sebagai ibadah, tanpa kesadara berarti apa saja yang dilakukan orang tidak termasuk ibadah. Oleh karenanya kesadaran tidak boleh dipertaruhkan dengan apa saja, terlebih dengan alasan yang tidak pasti. Yang pasti adalah kesadaran itu sendiri, apabila dirasakan sehat, berarti tidak ada jin di dalamnya. Kalau ada jin di dalamnya, berarti orang tersebut kesurupan jin.

Hanya dengan kesadaran yang sehat, manusia dapat mengingat Allah Ta’ala dan bersyukur atas segala karuniah dan anugerah. Dengan kesadaran yang dikuasai jin berarti manusia sedang lupa dan tidak waras. Bagaimana orang yang sedang tidak waras atau sakit ingatan dikatakan berdzkir kepada Allah?. Barangkali para pelaksana dzikir ruqyah yang terkadang ditayangkan tv itu kurang faham, bahwa sesungguhnya jin dapat bebas keluar masuk ke dalam tubuh manusia melalui jalan darahnya, baik sekedar untuk memberi informasi kepada manusia maupun mengadakan tipudaya bahkan langsung melalui hatinya. (QS. An-Nas ayat 5-6)

Jadi, mengeluarkan jin dari tubuh manusia itu dengan membebaskan kesadaran manusia dari penguasaan jin bukan sebaliknya. Bukan orang yang asalnya sadar menjadi tidak sadar, melainkan orang yang tidak sadar menjadi sadar.

About Muhammad Taqiyyuddin Alawiy

- PENGASUH PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI'IYAH NURUL HUDA MERGOSONO KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG - Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang
This entry was posted in Makalah Agama Islam. Bookmark the permalink.

Leave a Reply