DUA JALUR SATU TUJUAN-1437

الله أكبر –9

الله أكبر كبيرا  والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة   واصيلا . لااله إلا الله وحده . صدق وعده.  ونصر عبده. وأعزجنده  وهزم الأحزاب وحده . لااله إلا الله  ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين  ولو كره الكافرون .

  الحمد لله , نحمده على آلائه حمدا كثيرا , ونذكره ذكرا لايغادر في القلب استكبارا ولا نفورا , ونشكره إذ جعل الليل والنهار خلفة لمن أراد أن يذكر أو أراد شكورا .

  اشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له شهادة شكرا . واشهد أن محمد عبده ورسوله الذي جعله في السماوات والأرض زينة وسراجا منيرا

 اللهم صل وسلم على نبيه الذى بعثه بالحق بشيرا ونذيرا , وعلى آله الطاهرين  وصحبه  الأكرمين , الذين اجتهدوا في عبادة الله غدوة وعشيا وبكرة وأصيلا , حتى أصبح كل واحد منهم نجما في الدين هاديا وسراجا منيرا .

أما بعد  : فيا إخوان الكرام  ,  اتقوا الله تعالى  فقد فاز المتقون . قال الله تعالى في القران الكريم

 وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (القصص.77

Allahu Akbar x9 Allahu Akbar walillahil hamd

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.

Alhamdulillah, berkat rahmat dan taufiq Allah SWT. di hari yang bahagia ini kita kembali dikumpulkan oleh-Nya untuk melaksanakan sholat Idul Fitri berjama’ah ditempat yang mulia ini, di Masjid yang kita cintai ini, tempat suci dimana kita berharap di hari akhirat kelak bisa menjadi saksi bagi seluruh amal ibadah yang kita jalani. Marilah kita laksanakan rangkaian ibadah ini dengan landasan takwallah, agar dapat diterima disisi-Nya, sebab hanya dengan takwallah, apa-apa yang dipersembahkan seorang hamba akan diterima disisi-Nya.

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.

Dalam kesempatan ini marilah berfikir tentang salah satu konsep pemikiran islam yang telah dibangun oleh junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW sejak empat belas abad lebih yang lalu. Konsep kehidupan yang terbukti telah mampu membangkitkan suatu generasi yang asalnya terbelakang dan terasing menjadi suatu bangsa yang besar dan kuat. Konsep kehidupan yang berhasil menghidupkan jiwa-jiwa mati menjadi bergairah dan cemerlang, menggosok batu kelam menjadi mutiara cemerlang, dimana mutiara-mutiara tersebut kemudian mampu menjadi pemimpin kaliber dunia yang napak tilas dan hasil perjuangan masih dapat kita lihat dan kita rasakan sampai saat ini.

Merupakan konsep dasar untuk menata peri kehidupan manusia yang bersesuaian dengan fithrahnya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat serta warga negara dan umat beragama. Konsep kehidupan tersebut tersimpan aman dalam bingkai yang simple di dalam sabda Baginda Nabi Muhammad SAW. yang fenomenal:

ان قامتِ الساعةُ وبِيَدِ احدِكم فَسِيْلَةٌ فاسْتَطاعَ ألاّ تقومَ حتى يَغْرِسَها. فَلْيَغْرِسْها فَلَهُ بذلك اَجْر

Yang artinya: “ Meskipun hari kiyamat datang, sedang di tangan salah satu diantara kamu ada benih pohon kurma, selama kalian masih mampu berdiri untuk menanamnya maka tanamlah, karena baginya ada pahala

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.

Menurut riwayat, hadis ini adalah sabda Rasulullah Saw. terakhir yang didengar dan ditulis oleh sahabat sebelum beliau wafat, maka berarti subtansi kandungan maknanya bisa diartikan sebagai wasiat beliau untuk umatnya, untuk kita semua.

Dalam keadaan lemas karena sakitnya, dan Rasul akan memberi wasiat yang terakhir, barangkali orang mengira Rasul akan bersabda tentang urusan yang berkaitan dengan kematian. Contoh misal : “Bersegeralah menghentikan pekerjanmu, sucikanlah tanganmu, menjauhlah kamu dari urusan duniawi dan hadapkan hatimu untuk akhirat, menghadap kepada Allah dengan ihlas serta menyingkirkan segala gangguan hidup, sehingga apabila saat ajalmu tiba nanti, kamu harus menghadap kepada-Nya, kamu akan datang dengan hati selamat”. Kalau seandainya seperti itu yang disabdakan Nabi saat itu, tentu orang tidak heran, karena sudah menjadi dasar naluri manusia, dalam keadaan sangat menegangkan, ajal kematian sudah di depan mata, orang pasti akan ingat akhirat dan meninggalkan urusan dunia.

Namun ternyata Rasul tidak bersabda seperti itu, baginda Nabi bahkan bersabda dengan kalimat yang sangat ajaib, Beliau bersabda: “Walau hari kiyamat datang, sedang di tangan salah satu diantara kamu ada benih POHON kurma, selama kamu masih mampu berdiri untuk menanamnya maka tanamlah, karena yang demikian itu ada pahala bagimu

Subhanallah !!!, dalam suasana segenting itu, saat guncangan kiamat sedang terjadi, selama orang masih mampu berdiri, mereka disuruh bercocok tanam. Apakah maksudnya itu?, padahal pohon kurma tidak berbuah kecuali dalam kurun waktu yang lama.

Perintah tersebut merupakan wasiat terakhir dari seorang Rasul disaat beliau sedang menghadapi sakarotul maut, Nabi umat islam, maka ini merupakan bukti bahwa agama Islam adalah satu-satunya agama yang mampu membangkitkan semangat bagi umatnya, di dalam keadaan yang bagaimanapun, dan Rasul Muhammad SAW. adalah satu-satunya pula, manusia yang sanggup memberikan tuntunan itu, dan bahkan telah dibuktikannya baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Inilah sejarah kehidupan manusia yang tiada bandingnya.

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.

Yang tercantum dalam sabda tersebut adalah kalimat yang simpel, mudah difahami, tidak bertele-tele, akan tetapi mengandung maksud yang sangat luas dan secara manusiawi sangat bersesuaian dengan fithrah manusia. Kalimat yang sangat dalam maksud tujuannya, mencakup segala perilaku kehidupan yang selaras dengan ajaran Islam. Sungguh, betapa telah banyak jiwa yang terselamatkan oleh sabda ini, lebih-lebih untuk menyikapi keadaan yang semerawut seperti sekarang ini.

Merupakan pemikiran islam yang tercetus empat belas abad lebih yang lalu, akan tetapi relevansinya masih tetap bergema sampai sekarang dan bahkan sampai kapanpun selama masih ada kehidupan manusia di muka bumi ini.

Inti sari makna kalimat itu adalah : ternyata jalur untuk pekerjaan dunia, disitu juga adalah jalur untuk pekerjaan akhirat. Menanam bibit dengan maksud supaya menuai buahnya di dunia ternyata di situ ada pahala dari Allah bagi penanamnya.

Di sana tidak ada dua jalan. Bukan jalan akhirat sendiri yang namanya ibadah dan jalan dunia yang namanya bekerja, yang ada hanya satu jalan. Permulaannya di dunia dan penghabisannya di akhirat. Keduanya bisa dijalani dengan tidak terpisah, DALAM BERUSAHA DUNIA ADA NILAI IBADAH DAN DALAM IBADAH ADA KEUNTUNGAN UNTUK DUNIA.

Di dalam Islam, kedua jalan itu tidak boleh dipisahkan, melainkan harus dijalankan bersamaan, berjalan seimbang di dalam satu lajur untuk dilakukan selama-lamaya, selama hayat masih dikandung badan : “HENDAKLAH ORANG TETAP BERCOCOK TANAM WALAU HARI KIYAMAT TELAH TIBA”.

MENGHIMBAU KEPADA AMAL, MEMPERTEGUH NILAINYA, DAN MENGGIATKANNYA, ADALAH SUATU PEMIKIRAN YANG CERDAS. NAMUN YANG DIMAKSUD DI DALAM KONSEP INI TIDAK HANYA SEKEDAR ITU, TIDAK SEKEDAR NENETAPKAN NILAINYA DALAM SATU KORIDOR DAN MENGGIATKANNYA DI DALAM KORIDOR YANG LAIN, MELAINKAN MENETAPKAN NILAI AMAL TERSEBUT DALAM SATU LANGKAH DAN SEKALIGUS MENGGIATKANNYA DALAM LANGKAH ITU JUGA, KARENA KEDUA JALAN ITU SEBENARNYA SATU, YAKNI JALAN AKHIRAT MESKI DILALUI SAAT BERHADAPAN DENGAN URUSAN DUNIA.

Allahu Akbar x3 Allahu Akbar walillahil hamd

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.

Telah berlaku masa yang panjang, pada masa lampau dan bahkan sampai sekarang, dimana manusia terbiasa membedaan dua jalur tersebut. Kebanyakan orang beranggapan amalan akhirat tidak ada hubungannya dengan amalan dunia, bahkan amalan akhirat dianggap perintang bagi amalan dunia.

Jurang pemisah antara dunia dan akhirat menganga terlalu lebar dalam pandangan manusia, dunia dan akhirat dipisahkan, jasmani dan ruhani dibedakan, badan dan ruh diceraikan. Padahal masing-masing kehidupan tersebut mempunyai energi yang spesifik.

Memisahkan dua energi yang berlawanan fungsinya tersebut terbukti selalu membawa kecelakaan, menjatuhkan peri kemanusiaan dan menjadi sumber timbulnya kerusakan dimuka bumi.

Sejak dahulu menjadi kebiasaan, sebagian orang mengasingkan diri dalam melakukan ibadah, menyendiri di gunung-gunung, sedangkan yang lain menggapai tujuan hidupnya sendiri, tidak puas-puasnya menumpuk harta kekayaan dan kekuasaan.

Terlebih pada masa sekarang, banyak kita lihat di sekeliling kita, orang mengatasnamakan agama, mengatasnamakan akhirat padahal sesungguhnya hanya untuk melampiaskan hawa nafsu belaka.

Semua bidang usaha dilebeli syare’at, Bank Syare’at, Hotel Syare’at, Perdukunan dan sihir dilebeli Ruqyah Syare’at, padahal tujuannya bukan untuk kepentingan akhirat, melainkan semata-mata supaya laku dijual. Bahkan para tokoh masyarakat yang disegani terkadang tidak malu-malu menampakkan saling kebencian antara sesama tokoh di depan umum bahkan didepan jamaah dan santri-santrinya sehingga berdampak buruk bagi paradigma kehidupan dalam masyarakat. Akibatnya, dimana-mana terjadi jurang perpisahan dan perpecahan antara sekelompok masyarakat hanya akibat perseteruan antara sesama Kyai, terlebih kyai-kyai yang kebetulan bernasib mujur menjadi pimpinan Ormas dan partai politik. Itulah bencana yang ditimbulkan oleh segolongan manusia yang memisahkan kesatuan jiwa dan membedakan jalan amal perbuatan.

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.

Jiwa manusia secara fithrahnya diciptakan Allah SWT. manunggal, mempersatukan badan akal dan ruh. Jiwa mengandung apa yang dinamakan benda dan bukan benda, mempunyai syahwat, kegemaran hati, pemikiran akal, peredaran ruh, berperasaan yang mendalam, pemikiran bebas dan penyaluran ruh suci. Tentunya tidak diragukan lagi bahwa motivasi masing-masing fithrah tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Apabila masing-masing fungsi tersebut, aspirasinya dibiarkan begitu saja, tidak ditampung secara wajar, niscaya akan timbul akibat yang buruk, masing-masing hanya akan menuruti kemauannya sendiri. Akan tetapi dengan sangat ajaib, fithrah manusia yang cenderung bersebrangan tersebut atas kehendak dan hidayah Allah dapat diarahkan kepada satu ikatan serta membangkitkan sumber kekuatan besar, yaitu sumber daya manusia yang tidak akan pernah putus di muka bumi ini.

Demikianlah jasad yang fana ini, setelah mendapatkan ilham dan sumber tenaga dari Sang Pencipta Yang azali, dari dalamnya akan memancarkan semangat yang bergejolak, menjadi nur yang menerangi alam persada yang dapat menyatukan antar benda dan yang bukan benda, antara jasmani dan ruhani dan bahkan mampu memancarkan energi ruhani yang sangat besar yang telah terbukti mampu menarik dan mempersatukan berjuta-juta jiwa yang secara fithrahnya terdapat perbedaan yang tajam.

Melalui garapan tangan halus Baginda Nabi Saw, berjuta-juta manusia yang jiwanya asalnya mati dan bercerai-berai, dihidupkan dan disatukan dalam wadah yang kokoh, wadah Ukhuwah Islamiyah, menjadi satu saudara seiman yang saling mengasihi, dari dulu sampai sekarang dan bahkan sampai hari kiamat nanti. Rasulullah Saw telah berhasil membuktikannya dan sekaligus membuktikan kebenaran firman Allah berikut ini :

أَوَمَنْ كَانَ مَيْتًا فَأَحْيَيْنَاهُ وَجَعَلْنَا لَهُ نُورًا يَمْشِي بِهِ فِي النَّاسِ كَمَنْ مَثَلُهُ فِي الظُّلُمَاتِ لَيْسَ بِخَارِجٍ مِنْهَا (الأنعام .122

“Dan bukankah yang asalnya mati kemudian Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya”.

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.

Konsep untuk menyatukan beberapa unsur yang berbeda tersebut dan mengikatnya dalam satu ikatan, itulah yang dimaksudkan mempersatukan dunia dan akhirat dalam satu jalur. Ketika kesatuan itu telah terwujud, maka tatanan peri kehidupan manusia akan terlaksana dengan baik, amal dan ibadah menjadi satu langkah, tanpa ada pemisah bagi bersatunya ruhani dan jasmani.

Ketika jalan dunia dan jalan akhirat dapat dipertemukan dalam satu jiwa, niscaya terbitlah sumber kekuatan besar yang akan membawa kemenangan, kebahagiaan dan kesempurnaan. Ibarat bintang-bintang yang beredar di langit, selalu berputar dalam porosnya, teratur dan tak pernah terbentur antar sesama, semua itu karena terikat oleh peraturan tunggal yang disusun dengan hukum dan undang-undang yang tunggal pula, yaitu hukum alam, hukum Allah atau yang disebut sunnahtullah. Hanya Islam yang sanggup menuangkan orentasi ajaib ini, dapat dilaksanakan dengan mudah dan gampang, mempersatukan wadah antara dunia dan akhirat dalam satu undang-undang:

وَابْتَغِ فِيمَا ءَاتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (القصص.77

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.

قُلْ مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ قُلْ هِيَ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا خَالِصَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ (الأعرف.32

Katakanlah: “Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?” Katakanlah: “Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat”. Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.

Allahu Akbar x3 Allahu Akbar walillahil hamd

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah.

Rasulullah SAW. adalah pembawa obor penerang yang benar-benar sempurna ini, hasil pemikiran islam, di sana dikonsepkan bahwa amalan dunia dan amalan akhirat pada perinsipnya bisa dilakukan dalam satu jalur, tunggal saluran dan tunggal tujuan. Beliau telah mampu membuktikannya sendiri bahwa tidak ada satupun dari amalan beliau yang tidak ditujukan karena Allah Ta’ala, tidak ada satupun pekerjaan untuk kemakmuran dunia yang di larang oleh beliau. Nabi Muhammad Saw selalu berdo’a di dalam setiap sholatnya untuk supaya dapat menuntaskan risalahnya dengan sempurna, risalah yang memberikan hidayah :”HIDUP DI DUNIA DENGAN MENGENAL ALLAH SEBAGAI TUHANNYA DAN PERCAYA HARI AKHIRAT SEBAGAI SATU LINGKARAN TUNGGAL, BEKERJA DAN BERIBADAH TIDAK TERPUTUS, DUNIA DAN AKHIRAT DALAM SATU JALUR, BUMI DAN LANGIT DALAM SATU IKATAN.

Rasulullah adalah contoh dan teladan yang baik. Rasulullah tidak mengasingkan diri dalam melaksanakan ibadah kepada Allah. Beliau melaksanakannya bersama-sama para sahabat dan para pengikutnya secara gamblang, meskipun demikian, Nabi juga pernah menyendiri beribadah, karena sekali waktu Beliau perlu berkholwat untuk meningkatkan dan mempertahankan kejernihan jiwanya seorang diri. Akan tetapi yang penting, bahwa Nabi dalam berkholwat dan menyendiri itu tidak dengan melupakan tugasnya sebagai Rasul yang telah dibebani amanat dan menyampaikan risalah dari Tuhannya.

Rasul pernah berperang dan berdamai di jalan Allah. Rasul berdakwah untuk beribadah bukan berdakwah untuk berniaga. Datang memberi cinta dan kepedulian kepada umat, bukan datang untuk mencari rupiah dan kehidupan dari umat. Tidak seperti sebagian Da’i dan Kiai zaman sekarang yang minta bayaran tinggi untuk jasanya, bahkan sampai minta DP di muka dari sebagian nominal yang sudah ditentukan untuk harga ceramah yang akan disampaikan kepada umatnya, Rasul tidak seperti itu. Rasul makan dan minum, beristri menurut sunnatullah, membangun dan membongkar bangunan, bermukim dan berlayar, semua itu dijadikan sebagai jalan untuk menuju kepada Allah dan kepada hari akhirat. Amalan Nabi secara keseluruhan merupakan serangkaian amal ibadah terhadap Allah yaitu jalan lurus yang bernama Sirotol Mustaqim.

Nabi bertindak pada jalan tunggal dengan langkah yang jelas dan tegas tidak simpang siur dan tidak membingungkan ummat dan tidak melakukan hal-hal yang tidak berguna atau sia-sia, Nabi tidak pernah melakukan kemunafikan dalam beramal. Sampai akhir hayatnya beliau beramal untuk akhirat walau dengan pekerjaan dunia bukan sebaliknya.

Rasulullah Saw. sampai masa sakit menjelang wafatnya masih giat bekerja mengatur umat, memperbaiki peri kehidupan dengan mencurahkan tutunan jiwa dan semangat membangun, memberikan petunjuk kepada jalan yang harus ditempuh guna memperteguh aqidah dan tiang agama. Disaat Nabi merasakan sakit yang amat sangat, karena akan berpisahnya ruh dengan badan, beliau masih sempat bersabda : “Bawakan kepadaku lembar kitab untuk aku tuliskan satu pelajaran untukmu, agar setelah itu engkau tidak sesat selamanya”.

Nabi Muhammad Saw tidak berdiam diri sampai ruhnya menghadap kepada Allah SWT., sebelum beliau sanggup mengucapkan sabdanya yang sangat fenomenal : “Walau hari kiamat datang, sedang di tangan salah satu diantara kamu ada benih POHON kurma, selama KaLIAN masih mampu berdiri untuk menanamnya maka tanamlah, karena yang demikian itu ada pahala bagiMU

Demikianlah pelajaran berharga yang seharusnya mampu dipatuhi oleh umat terhadap Nabinya. Siapapun dia, baik Da’i atau Kiai bahkan Profesor sekalipun, karena tidak diutus seorang Rasul di dunia kecuali untuk ditaati oleh umatnya. Semoga sholawat dan salam selalu terlimpahkan kepada Junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW. para keluarganya, para sahabatnya dan segenap pengikutnya sampai hari kiamat.

قال الله تعالى وبقوله يهتدي المهتدون . وإذا قرء القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون : لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ(4)ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ(5)إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ فَلَهُمْ أَجْرٌ غَيْرُ مَمْنُونٍ(6

بارك الله لى ولكم فى القرآن العظيم ونفعنى وايّاكم بما فيه من الأيآت والذكر الحكيم . وتقبل منى تلاوته انه هو السميع العليم . وأستغفروا الله لى ولكم ولوالديّ ولوالديكم ولسآءر المسلمين والمسلمات . فاستغفروه فيا فوز المستغفرين ويا نجاة التائبين

KHUTBAH KEDUA

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ

اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَِثيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ

وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَْلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

 

by: KH. Muhammad Luthfi Ghozali

About Muhammad Taqiyyuddin Alawiy

- PENGASUH PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI'IYAH NURUL HUDA MERGOSONO KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG - Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang
This entry was posted in Khutbah-Hari Raya and tagged . Bookmark the permalink.

Leave a Reply