Apakah alasannya, Orang Kesurupan Jin? Bag. 3

MENGAPA ORANG DI RUQYAH BISA KESURUPAN?
KARENA SIHIR JIN YANG DITIUPKAN
oleh: KH. Muhammad Luthfi Ghozali

Firman Allah Ta’ala Qur’an Surat al-Hijr/ayat 15/42. Qur’an Surat Shod/ayat 82/85. Qur’an Surat an-Nahl/ ayat 16/100

إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ إِلَّا مَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْغَاوِينَ

Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat”. QS:15/42.

Jika yang diklem sebagai Ruqyah itu termasuk katagori ibadah yang dilakukan oleh hamba-hamba Allah, bukan mengikuti langkah setan hingga pelakunya jadi sesat dan bukan pula perbuatan syirik, maka dengan pernyataan firman Allah Ta’ala di atas, seharusnya wilayah kesadaran orang yang mendengarkan ayat-ayat suci itu tidak dapat ditembus oleh kekuatan jin yang manapun meski hanya untuk menguasai sesaat. Namun kenyatannya tidak demikian, orang yang diruqyah itu sedemikian mudah kesurupan jin. Maka barangkali bacaan ayat-ayat yang dibacakan dalam pelaksanaan “Ruqyah” itu sudah disusupi sihir setan Jin. Jika memang demikian, maka para pelaku ruqyah tersebut tidak ubahnya seperti “tukang sihir” yang membaca mantra hingga seketika pendengarnya bergelimpangan kesurupan jin.
Bukankah permainan kuda lumping keadaannya juga seperti itu..?. setelah pimpinannya membaca mantra seketika para pemainnya kesurupan jin hingga makan beling? Namun ada yang berbeda sedikit, jika kuda lumping tontonan yang mengasyikkan, “Ruqyah” tontonan yang mengerikan dan menjijikkan.

Di dalam firman-Nya yang lain Allah Ta’ala telah menegaskan pula. Allah SWT. berfirman:

قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ(82)إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِين َ

Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, – kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka. QS:82/85.

Iblis bersumpah di hadapan Allah Ta’ala akan menyesatkan seluruh anak Adam kecuali hamba-hamba Allah yang hatinya ikhlas. Terhadap hamba Allah yang ihlas itu sedikitpun setan Jin tidak dapat menembus benteng pertahanan yang melindungi mereka. Demikian yang dinyatakan Iblis sendiri di hadapan Allah Ta’ala yang telah diabadikan-Nya dengan firman-Nya di atas. Artinya, yang menunjukkan kehebatan dari suatu pelaksanaan amal ibadah, manakala mendapat perlindungan Allah Ta’ala dari kekuatan setan Jin, tidak malah sebaliknya.

Lebih tegas lagi Allah Ta’ala menyatakan dengan firman-Nya:

إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ

Sesungguhnya kekuasaannya (setan) hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya jadi pemimpin (beryatawalla) dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah QS:16/100.

Penegasan Allah Ta’ala itu artinya : bahwa hanya kepada sekelompok orang yang telah mengambil setan Jin sebagai wasilah atau jalan untuk mendekat (beryatawalla) dan orang-orang yang telah berbuat syirik saja, setan Jin dapat memperdaya hingga kesadaran mereka dapat dikuasai walau hanya sebentar.

Firman Allah Ta’ala يَتَوَلَّوْنَهُ . “Yatawalla” artinya berwasilah kepadanya. Apabila hal tersebut dipraktekkan dalam amal ibadah maka yang dimaksud yatawalla adalah tawassul. Untuk tujuan inilah orang berthoriqoh bertawassul kepada Rasulullah saw. melalui tawassul kepada guru mursyidnya. Hal tersebut dilakukan supaya dapat terjadi hubungan ruhaniyah secara berkesinambungan antara murid dengan gurunya sampai kepada Rasulullah saw.

Barangkali seperti keadaan inilah apa yang terjadi dalam pelaksanaan “Ruqyah” tersebut, ketika orang-orang yang mendengarkan ayat-ayat suci al-Qur’an al-Karim itu sambil pikirannya menerawang Jin – apakah di dalam tubuhnya ada jin atau tidak – sambil memaksakan diri untuk berbuat khusu’, tanpa disadari ternyata justru mereka itu sedang menerapkan pelaksanaan ayat tersebut yakni bertawasul kepada setan Jin, maka pantas saja, hingga sedemikian mudahnya orang yang diruqyah itu kesurupan Jin.

Sesungguhnya perbuatan tersebut hakikatnya adalah syirik di dalam amal “asy Syirku Fil Amali”. Dan itu identik dengan perbuatan Jin yang memang selalu bersyirik ria dengan manusia sebagaimana yang telah ditegaskan Allah Ta’ala dengan firman-Nya:

وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَولَادِ

Dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak”. QS:17/64.

Yang pasti, hendaklah manusia selalu waspada dan berhati-hati ketika perbuatannya nyata-nyata bersingguan dengan dimensi jin, seperti amalan yang mereka katakan ruqyah tersebut, apabila Allah Ta’ala tidak melindungi hamba-Nya maka pasti tidak seorangpun dapat selamat dari tipu daya setan jin, dengan hanya satu alasan saja; “Karena jin dapat melihat manusia, manusia tidak dapat melihat Jin”.

About Muhammad Taqiyyuddin Alawiy

- PENGASUH PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI'IYAH NURUL HUDA MERGOSONO KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG - Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang
This entry was posted in Makalah Agama Islam. Bookmark the permalink.

Leave a Reply