TANTANGAN YANG DIHADAPI OLEH UMMAT ISLAM

tantang tantang1 Nu versus Wahabi

 

Dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 217 Allah swt. telah berfirman yang antara lain berbunyi sebagai berikut :

وَلاَ يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوْكُمْ عَنْ دِيْنِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوْا … الآيَةَ

“…Dan tiada henti-hentinya mereka (orang-orang kafir dan orang-orang
musyrik) akan memerangi kamu sekalian (wahai kaum muslimin), agar mereka
dapat mengembalikan kamu seklian dari agamamu (menjadi kafir atau musyrik kembali) jika mereka mampu…

Dalam ayat di atas Allah swt. memberi peringatan kepada kita sekalian sebagai orang-orang muslim, agar kita sekalian tidak lengah meskipun hanya sekejap, akan permusuhan yang selalu dan terus menerus dilancarkan oleh orang-orang kafir dan orang-orang musyrik kepada agama Islam dan kaum musli-min di seluruh dunia.
Permusuhan tersebut mereka lancarkan sejak zaman Rasulullah saw. masih hidup sampai hari kiamat kelak. Adapun sebabnya, tidak lain dan tidak bukan adalah karena dua kalimah syahadat yang telah diajarkan oleh Nabi Besar Muhammad saw. ; karena kedua kalimah syahadat tersebut pada hakekatnya adalah merupakan statement yang radikal atau pernyataan yang sangat tegas yang tidak mengenal kompromi sama sekali.
Setiap orang yang telah berani mengucapkan “dua kalimah syahadat“, dia adalah orang yang berani menyatakan kepada semua manusia di seluruh dunia ini, bahwa;

1. Semua konsep ke-Tuhan-an dan semua ajaran kepercayaan yang ada di dunia ini adalah batal, kecuali hanya satu yang benar, yaitu “AQIDAH ISLA-MIYAH YANG SESUAI DENGAN AJARAN AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH” yang telah diwahyukan oleh Allah swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw.
Sebagaimana kita maklumi bersama, bahwa sebelum Nabi Besar Muhammad saw. diutus oleh Allah swt. sebagai “RASUL”, di dunia ini sudah banyak konsep ke-Tuhan-an dan ajaran-ajaran kepercayaan, seperti:

a. Konsep ke-Tuhan-an menurut agama Yahudi yang mengajarkan bahwa Tuhan itu ada dua:
a.1. Tuhan Bapak, yaitu Allah swt.
a.2. Tuhan Anak, yaitu Nabi ‘Uzair as.

Dalam surat At Taubah ayat 30 Allah swt. menceritakan pendapat orang-orang Yahudi sebagai berikut: :

وَقَالَ الْيَهُوْدُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللّهِ
Artinya: “Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair itu putra Allah...”

b. Konsep ke-Tuhan-an menurut agama Zoroaster/Zaratustra/Majusi yang mengajarkan bahwa Tuhan itu ada dua, yaitu: Tuhan Terang atau “ORMUZ” dan Tuhan Gelap atau “AHRIMAN”.

c. Konsep ke-Tuhan-an menurut agama Nasrani yang mengajarkan bahwa Tuhan itu ada tiga:
c.1. Tuhan Bapak, yaitu Allah swt.
c.2. Tuhan Anak, yaitu Nabi Isa as. (Yesus)
c.3. Oknum Tuhan yang ketiga; yang dalam hal ini ada yang mengatakan Tuhan Ibu (Dewi Maryam) , dan ada pula yang mengatakan Roh Kudus.

d. Konsep ke-Tuhan-an menurut agama Budha yang mengajarkan bahwa Bodhisatwa yang ada di Nirwana itu sebanyak delapan.

e. Konsep ke-Tuhan-an menurut agama Hindu yang mengajarkan bahwa disamping “TRIMURTI’, yaitu:
- Dewa Brahma sebagai Sang Pencipta alam semesta,
- Dewa Wisnu sebagai Sang Pemelihara alam semesta, dan
- Dewa Syiwa sebagai Sang Perusak alam semesta, masih banyak dewa-dewa yang lain, seperti :
- Dewa Surya, yang menguasai matahari,
- Dewa Soma, yang menguasai bulan,
- Dewa Bayu atau Maruto yang menguasai angin,
- Dewa Agni, yang menguasai api,
- Dewa Ruci, yang menguasai laut,
- Dewa Yamadipati, yang tukang mencabut nyawa manusia dan dewa-dewa lain yang masi banyak jumlahnya.

f. Konsep ke-Tuhan-an menurut bangsa Arab Jahiliyah yang mengajarkan bahwa Tuhan itu sebanyak 360 (tiga ratus enampuluh); sedang yang terbesar ada tiga yaitu: Latta, ‘Uzza dan Hubal.

Dan masih banyak lagi kosep-konsep ke-Tuhan-an lainnya, seperti konsep ke-Tuhan-an lainnya, seperti konsep ke-Tuhan-an menurut ajaran agama Shinto yang dianut oleh bangsa Jepang, konsep ke-Tuhan-an menurut bangsa Mesir kuno dan lain sebagainya.

Disamping itu terdapat juga aliran kepercayaan yang mengajarkan bahwa yang menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan hidup seseorang di dunia ini adalah arwah dari orang orang yg sudah meninggal dunia, seperti kepercayaan dari bangsa Indonesia sebelum agama Islam masukke Indonesia. Akibat dari ke-percayaan ini maka apabila ada salah seorang anggota keluarga yang meninggal dunia, mereka melakukan tindakan-tindakan, antara lain:

a. Menyembelih binatang ternak yang dimiliki oleh anggota keluarga dan teruta-ma yang dimiliki oleh orang yang meninggal dunia agar nyawa binatang yang telah disembelih tersebut dapat menemani nyawa orang yang meninggal du-nia, sehingga nyawa dari orang yang meninggal dunia tersebut tidak meng-ganggu kebahagiaan keluarganya yang masih hidup.

b. Waktu memberangkatkan jenazah dari rumah kepekuburan tidak boleh dilewatkan pintu rumah , tetapi harus dilewatkan dinding belakang rumah yang dijebol; kemudian dinding tersebut segera ditutup setelah jenazah diberangkatkan ke pekuburan, agar nyawa dari orang yang meninggal dunia tidak dapat masuk rumah karena jalan yang dilewati oleh jenazahnya sudah tidak ada lagi.

Pada orang-orang cina yang menganut kepercayaan ini, biasanya jenazah diinapkan di rumah duka untuk beberapa waktu lamanya, sedang papan nama dari rumah duka tersebut diberi tanda silang dengan kertas hitam atau lainnya, dengan maksud agar nyawa orang yang meninggal dunia mengenali bahwa rumahnya adalah yang papan namanya diberi tanda silang . Dan setelah jenazahnya diberangkatkan ke pekuburan, maka segera tanda silang yang ada pada papan nama tersebut dibuang, dengan maksud agar nyawa dari orang yang meninggal dunia tersebut tersesat tidak dapat masuk ke dalam rumah untuk mengganggu anggata keluarga yang masuh hidup.

c. Waktu memberangkatkan jenazah ke pekuburan, sepanjang jalan menuju ke pekuburan ditaburi dengan beras kuning dicampur dengan uang logam, dengan maksud agar beras kuningnya dimakan oleh ayam atau burung-burung pemakan beras, sedang uangnya dipungut oleh anak-anak. Tujuan-nya agar nyawa dari orang yang meninggal dunia tersebut tersesat dan tidak dapat pulang ke rumahnya, karena jalan yang dilaluinya sewaktu menuju ke pekuburan bertaburan dengan beras kuning dan uang logam, sedang sewaktu akan pulang ke rumahnya beras kuning dan uang logamnya sudah tidak ada.

d. Ada pula yang menancapkan kayu yang disilangkan pada jalan yang telah dilalui oleh jenazah, agar nyawanya tersesat sewaktu akan pulang ke rumahnya, karena jalan yang semula didilalui tidak terdapat batang kayu yang bersilang.

e. Ada pula anggota keluarga yang pada hari-hari tertentu, seperti tiga hari, tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari, satu tahun, dua tahun, dan seribu hari dari kematian salah seorang anggauta keluarganya, ditempat tidur anggota keluarga yang telah mati tersebut, disediakan sesaji berupa makanan yang disukainya pada masa hidupnya dengan maksud apabila nyawa dari anggota keluarga yang sudah mati itu pulang ke rumahnya, dia menyantap sari dari makanan yang telah disediakan, sehingga tidak mengganggu anggota keluarga yang masih hidup. Pada bangsa Cina yang menganut kepercayaan ini, sesaji yang biasanya berupa pisang raja yang besar-besar diletakkan diatas buffet dengan foto dari orang yang telah mati terpancang pada buffet tersebut.

f. Juga ada kuburan dari orang yang pada waktu hidupnya sangat jahat dan suka mengganggu orang lain, pada hari-hari tertentu diberi sesaji dengan mak-sud agar nyawa dari orang yang jahat tersebut tidak mengganggu ketentraman hidup dari orang-orang yang telah memberikan sesaji.

Ada lagi aliran kepercayaan yang disebut “dinamisme” yang mengajarkan bahwa ada kekuatan gaib pada benda-benda tertentu seperti pohon besar, batu besar dan lain sebagainya yang dapat mempengaruhi kebahagiaan dan keseng-saraan hidup seseorang; sehingga benda-benda tersebut pada waktu-waktu tertentu diberi sesaji. Lebih-lebih kalau a- da anggota keluarga yang sakit panas sampai mengigau, maka orang yang sakit tersebut dianggap telah berbuat salah kepada si penunggu pohon atau batu tersebut, sehingga harus dimintakan maaf agar segera sembuh. Adapula orang yang mempunyai kepercayaan bahwa roh-roh halus yang dinamakan “danyang” yang menguasai tempat-tempat tertentu seperti: kampung, perempatan jalan,sumur dan lain sebagainya. Dan biasanya tempat-tempat ini diberi sesaji pada waktu ada orang yang mengadakan selamatan untuk mengawinkan anaknya, agar sang danyang tidak marah sehingga dapat mengganggu anak yang akan menjadi mempelai atau meng-ganggu kelancaran upacara pernikahan. Dan masih banyak lagi kepercayaan-kepercayaan lainnya yang sama sekali tidak mempunyai dasar dan landasan yang dapat dipertanggung jawabkan. Bahkan sampai sekarang saat bangsa Indonesia telah bertekat untuk membangun manusia seutuhnya, membangun lahir dan batin, termasuk membangun keimanan, kita masih dapat menyaksikan orang-orang yang memberikan sesaji kepada danyang yang menguasai laut dengan jalan menghanyutkan kepala kerbau ke laut. Kita juga masih menyaksi-kan orang yang menanam kepala kerbau di tempat-tempat yang akan didirikan pasar, kantor dan lain sebagainya, dengan maksud agar danyang yang menguasai tempat-tempat tersebut tidak marah dan tidak mengganggu kelancaran pembangunan. Dan kita perhatikan seolah-olah pihak pemerintah membiarkan saja; sedang saran ulama tidak pernah diminta; dan kalau saran tersebut disampaikan, maka kadang kala tidak mendapat tanggapan dan perha-tian yang wajar.
Semua konsep ke-Tuhan-an dan kepercayaan seperti tersebut diatas harus dibatalkan dan dibersihkan dari hati dan keyakinan setiap orang yang telah berani mengucapkan “dua kalimah syahadat”.

2. Semua agama yang ada di dunia ini adalah batal, kecuali agama “ISLAM” yang telah diwahyukan oleh Allah swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw.
Sebagaiman kita maklumi bersama, bahwa sebelum Nabi Besar Muham-mad saw. diutus oleh Allah swt. sebagai “RASUL” untuk menyebar luaskan Agama Islam, di muka bumi ini telah banyak agama-agama yang dianut oleh set-iap bangsa, seperti: agama bangsa Mesir kuno, agama Yahudi, agama Shinto, dan lain-lainnya.
Seluruh agama tersebut diatas, harus dinyatakan sebagai agama yang batal dan tidak boleh diikuti ajarannya oleh setiap orang yang telah mengucapkan “dua kalimah syahadat”.

3. Semua konsep kebahagiaan yang ada di dunia ini adalah batal, kecuali konsep kebahagiaan dari kitab suci Al Quran yang telah diwahyukan oleh Allah swt. kepada Nabi Besar Muhammad saw.
Sebelum Nabi Muhammad diutus oleh Allah swt. sebagai “RASUL” untuk mengajarkan kitab suci Al Quran, di dunia ini sudah banyak konsep kebahagiaan yang dianut bangsa-bangsa di seluruh dunia ini, antara lain:

a. Aliran filsafat “Stoic” (baca:Stoa), yang mengajarkan bahwa kebahagiaan hidup itu hanya dapat dirasakan oleh seseorang manakala orang tersebut telah dapat hidup seperti seorang pengemis melarat yang jembel, meskipun dia orang yang kaya raya.

b. Aliran filsafat “Egoistic hedonisme” yang mengajarkan bahwa kebahagiaan itu adalah apa saja yang menyenangkan diri sendiri meskipun membawa akibat bagi kesengsaraan orang lain dan masyarakat sekitarnya.

c. Aliran filsafat “Universalistic Hedonisme” yang mengajarkan bahwa kebahagia-an itu adalah apa saja yang menyenangkan masyarakat dan orang banyak, meskipun akan mengakibatkan kesengsaraan dirinya sendiri.

d. Ada aliran kepercayaan yang mengajarkan bahwa kebahagiaan itu akan dialami seseorang, apabila tindakan yang dilakukan seseorang bertepatan dengan timbulnya bintang tertentu.

e. Ada aliran kepercayaan yang mengajarkan bahwa kebahagiaan itu akan dialami seseorang apabila dalam melangsungkan perkawinan dengan orang lain, mendirikan rumah, memulai bekerja dan lain sebagainya sesuai dengan “PERHITUNGAN HARI DAN PASARAN”.
Semua konsep kebahagiaan tersebut di atas harus disapu bersih dan dikosongkan dari hati dan keyakinan setiap orang yang telah mengucapkan “dua kalimah syahadat”.

4. Semua teori dan konsep kebenaran yang telah dikemukakan oleh para ahli filsafat di seluruh dunia ini adalah batal, kecuali konsep kebenaran Al Quran yang telah diwahyukan oleh Allah kepada Nabi Besar Muhammad saw., sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 147 :

اَلْحَقُّ مِنْ رَّبِّكَ فَلاَ تَكُوْنَنَّ مِنَ الْمُمْتَرِين .

Artinya: Kebenaran Yang sejati itu adalah dari Tuhanmu, maka janganlah sekali-kali kamu termasuk orang yang ragu-ragu

Sebelum Nabi Besar Muhammad saw. diutus oleh Allah swt. sebagai “RASUL” yang diberi tugas untuk memberikan petunjuk dan bimbingan ke “JALAN YANG BENAR” kepada seluruh umat manusia di muka bumi ini, di dunia ini sudah banyak alirian-aliran dari para ahli filsafat, seperti: rationalisme, evolusionisme, neo-Platonisme, hedonisme, dan lain sebagainya. Masing-masing dari aliran tersebut mengemukakan teori dan konsep kebenaran yang berbeda-beda, yang antara kosep yang satu dengan lainnya memiliki perbeda-an yang bersifat prinsip. Hal ini disebabkan karena akal fikiran atau ratio manusia itu betapapun geniusnya, betapapun brilliantnya dan betapapun cerdasnya, tidak mampu mengetahui hakekat kebenaran yang sebetulnya hanya satu. Kelemahan ratio manusia ini juga dibuktikan oleh teori dan konsep keba-hagiaanyang banyak sekali jumlahnya, yang antara lain telah kami kemukakan di atas.
Hal ini merupakan bukti nyata bahwa ratio atau akal fikiran manusia itu secara mutlak masih memerlukan petunjuk lagi. Sedangkan petunjuk yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, haruslah yang berasal dari Sang Pen-cipta ratio atau akal fikiran manusia itu sendiri, yaitu “AGAMA ISLAM” yang dibe-rikan kepada umat manusia melalui para Nabi yang telah dipilih menjadi “RASUL” atau “UTUSAN”-Nya, yaitu orang-orang yang dalam dirinya diletakkan organ khusus untuk menerima “wahyu” dari Sang Pencipta alam semesta.
Adapun agama-agama yang diciptakan oleh akal fikiran manusia sebagai hasil renungannya, atau agama-agama yang berasal dari Sang Pencipta alam semesta yang sudah dicampur dengan hasil akal fikiran manusia seperti agama-agama yang telah kami sebutkan di atas, jelas tidak dapat dipertanggung jawab-kan kebenarannya karena kelemahan akal fikiran tersebut.
Karena makna dari “dua kalimah syahadat” adalah mengandung empat macam pembatalan seperti tersebut diatas, maka sudah wajar apabila mereka yang:
- Konsep ke-Tuhan-an dan ajaran kepercayaan yang telah mereka yakini sejak puluhan bahkan mungkin ratusan tahun, dan
- agama yang telah mereka peluk sejak puluhan bahkan mungkin sudah ratusan tahun, dan
- konsep kebahagiaan yang telah mereka anut sejak puluhan dan bahkan mung-kin ratusan tahun, dan
- konsep kebenaran yang telah mereka percayai sejak puluhan dan bahkan mungkin sudah ratusan tahun, sangat marah kepada Nabi Muhammad saw. Dan pada akhirnya memusuhi Nabi Besar Muhammad saw. beserta para pengikut beliau, karena usul kompromi yang mereka ajukan kepada Nabi Besar Muhammad saw. ditolak mentah-mentah oleh beliau.
Pernah pada suatu ketika, utusan dari orang-orang kafir Makkah mengajukan tawaran kepa Nabi Besar Muhammad saw. lewat paman beliau, yaitu Abu Thalib yang saat itu menjabat sebagai walikota Makkah, sebagai berikut: Jika Nabi Besar Muhammad saw. dalam menyiarkan agama Islam bersedia untuk tidak membatalkan:
1. Penyembahan bangsa Arab kepada berhala-berhala sebanyak 360 yang mere-ka letakkan di sekitar ka’bah,
2. Agama yang mereka warisi dari nenek moyang mereka atau agama warisan kebudayaan nasional bangsa Arab.
3. Konsep kebahagiaan yang mereka warisi dari nenek moyang mereka dan
4. Konsep kebenaran yang telah mereka yakini sejak ratusan tahun, maka mereka bersedia untuk:
1. Mengangkat Nabi Besar Muhammad saw. sebagai “raja” mereka.
2. Memberikan harta benda kepada Nabi Besar Muhammad saw. sebanyak yang beliau inginkan.
3. Mencarikan wanita-wanita cantik untuk menjadi isteri beliau sebanyak yang beliau kehendaki
Setelah tawaran tersebut disampaikan oleh Abu Thalib kepada Nabi Muhammad saw., beliau memberikan jawaban sebagai berikut:

يَا عَمِّى لَوْ وَضَعُوْا الشَّمْسَ عَلَى يَمِيْنِىْ والْقَمَرَ عَلَىْ يَسَارِىْ عَلَىْ أِنْ أَتْرُكَ هذَا الأَمْرَ فَمَا تَرَكْتُهُ حَتَّى يُظْهِرَهُ اللّهُ أَهْلِكَ دُوْنَهُ .
Wahai pamanku, andaikata mereaka itu dapat meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku dengan syarat agar aku mening-galkan dakwah ini, maka aku tidak akan meninggalkannya, sehingga Allah menampakkan keberhasilan dari dakwahku, atau aku hancur karena mem-belanya“.

Pernah pula utusan orang-orang Quraisy datang menemui Rasulullah saw., kali ini mereka mengajukan tawaran untuk mengadakan “kerukunan agama” dalam arti: Pada waktu Nabi Muhammad saw. melakukan shalat di masjid, mereka (orang-orang kafir) ikut serta bersama Rasulullah saw. melakukan sha-lat di masjid. Sebaliknya, apabila mereka melakukan penyembahan terhadap berhala, Rasulullah saw. beserta para sahabat beliau diminta untuk ikut menyem-bah berhala. Usul kompromi mereka ini langsung dijawab sendiri oleh Allah swt. dengan menurunkan surat Al Kafirun kepada Nabi Besar Muhammad saw.:

بِسْمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرّحِيْمِ . قُلْ يَآ أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ. لآ أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَ. وَلآ أَنْتُمْ عَابِدُوْنَ مَآ أَعْبُدُ. وَلآ أَنَا عَابِدٌ مَا عَبَدْتُّمْ. وَلآ أَنْتُمْ عَابِدُوْنَ مَآ أَعْبُدُ. لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ ديْنِ.
Katakanlah olehmu (wahai Muhammad): “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah pula menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah agamaku

Setelah kedua usul kompromi yang diajukan oleh orang-orang kafir dan orang-orang musyrik Makkah ditolak oleh Rasulullah saw., maka sejak itulah mereka dengan terang-terangan memaklumkan peperangan secara fisik kepada baginda Rasulullah saw. beserta umat Islam yang menjadi pengikut beliau. Sehingga sejarah telah mencatat bahwa selama Rasulullah saw. berada di kota Madinah kurang lebih 10 tahun lamanya, beliau telah mengalami peperangan sebanyak 78 kali; dan yang dipimpin oleh Nabi Besar Muhammad saw. sendiri sebanyak 73 kali, sedang yang dipimpin oleh para sahabat beliau 5 kali.
Sebenarnya permusuhan yang dilakukan oleh orang-orang kafir dan orang-orang musyrik kepada Rasulullah saw., hanyalah karena didorong oleh keangkuhan, kesombongan, gengsi dan kekhawatiran martabat mereka akan jatuh di mata masyarakat. Sedang hati kecil mereka sebenarnya mengakui akan kebenaran dari keempat makna dari dua kalimah syahadat yang diajarkan oleh Rasulullah saw.. Hal ini dibuktikan oleh ucapan Abu Lahab sendiri pada waktu ditanya oleh seseorang yang telah masuk Islam tetapi menyembunyikan ke-Islaman-nya kepada Abu Lahab, tentang bagaimana sikap hati kecil Abu Lahab terhadap agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw., Abu Lahab menjawab bahwa pada hakekatnya agama Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. itu adalah benar.
Abu Thalib sendiri yang selama hidupnya tidak mau mengucapkan dua kalimah syahadat, meskipun telah membela mati-matian perjuangan Rasulullah saw. dalam menyiarkan agama Islam, sampai-sampai beliau mempertaruhkan jabatan beliau sebagai walikota Makkah, pada akhir hayat beliau, beliau sempat berpi-dato kepada para bangsawan Quraisy yang menjenguknya, yang kurang lebih artinya sebagai berikut: “Wahai tuan-tuan, telah datang kepada tuan-tuan satu perkara (agama Islam) yang kebenarannya dapat diterima oleh seluruh hati manusia; dan lidah mengingkarinya karena takut cercaan !”.
Sejarah telah mencatat, bahwa setiap peperangan yang dilakukan oleh kaum muslimin melawan kaum kuffar dan kaum musyrikun sejak zaman Rasulullah saw. sampai dengan masa sahabat, kaum muslimin belum pernah meng-alami kekalahan sama sekali. Kalau mereka tidak memperoleh kemenangan gemilang, maka paling sial hanyalah draw (bedu-Jawa). Hal itu disebabkan oleh tiga hal, yaitu:
1. Keimanan dan keyakinan umat Islam kepada Allah swt. dan kepada janji Allah di hari kiamat sangat mendalam, sebagai hasil dari tempaan dan gem-blengan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad saw. Hal ini dibuktikan oleh setiap muslim yang akan berangkat ke medan perang untuk melawan serangan kaum kuffar dan musyrikun. Setiap orang muslim yang masih mempunyai ayah, ibu dan isteri, pada waktu akan berangkat ke medan pertempuran, selalu meminta didoakan oleh ayah, ibu dan isterinya agar dia mati dalam medan pertempuran sebagai orang yang “mati syahid”; dan jangan sampai pulang kembali ke rumah dalam keadaan hidup. Dan jika orang yang akan berangkat ke medan pertempuran itu sudah tidak mempunyai keluarga lagi, dia bertanya kepada Rasulullah saw.: “Apakah yang akan dia peroleh jika dia mati dalam medan pertempuran ?” .Jika Rasulullah saw. telah menjawabnya bahwa bagiannya adalah sorga, maka segeralah dia menyerbu musuh di medan laga untuk dapat mati sebagai salah seorang “syuhada”.
Inilah faktor utama yang selalu membawa umat Islam memperoleh kemenangan dalam setiap pertempuran.
Sebagaimana kita maklumi, bahwa orang-orang mukmin yang bertempat tinggal di sorga pada hari kiamat nanti, ada tiga golongan:
a. Orang yang boleh masuk surga, yaitu orang yang selama hidupnya pernah membaca “kalimah thoyyibah” semata-mata hanya mencari keridlaan Allah swt., meskipun dia sama sekali belum pernah melakukan amal kebajikan dan belum pernah beribadah kepada Allah.
Hal ini sesuai dengan sabda Nabi Muhammad saw. :

مّنْ قّالّ لآ إِلهَ إِلاَّ اللّهُ يَبْتَغِىْ بِهَا وَجْهَ اللّهَ دَخَلَ الْجَنَّةَ .
Artinya: “Barang siapa yang mengucapkan “LAA ILAAHA ILLALLAH” da-lam keadaan mencari ridla Allah dengan ucapannya itu, maka dia akan masuk sorga !“.

Golongan ini, jika dosa-dosa yang pernah dikerjakan telah diampunkan oleh Allah swt., ma- ka dia dapat langsung masuk ke dalam sorga tanpa harus singgah di neraka lebih dahulu untuk menjalani siksa. Dan jika dosa-dosanya belum diampunkan oleh Allah, maka dia ha- rus menjalani hukuman di neraka, yang menurut Hamisy dari kitab An Nasha’ihud Diniyyah, paling lama 7000 tahun akhirat, sama dengan 7000 x 360 x 1000 = 2.520.000.000. (dua milyar, lima ratus duapuluh juta) tahun dunia; karena 1 hari di akhirat menurut Al Qur’anul Karim sama dengan 1000 tahun dunia.

b. Golongan yang dimasukkan ke dalam surga. Golongan ini adalah golongan yang tidak akan menjalani hukuman di neraka Jahannam; akan tetapi harus menjalani “hisab” atau perhitungan dari amal perbuatannya di “PADANG MAHSYAR” selama 500 (limaratus) tahun akhirat = 500 x 360 x 1000 = 180.000.000 (seratus delapan puluh juta) tahun dunia.
Golongan ini adalah golongan yang dinyatakan oleh Allah swt. dalam surat Ibrahim ayat 34 yang berbunyi :

وَأُدْخِلَ الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ جَنَّاتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الأَنْهَــــــــارُ
خَالِدِيْنَ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ ، تَحِيَّتُهُمْ فِيْهَا سَلاَمٌ .

Akan dimasukkan orang-orang yang beriman dan beramal shalih ke dalam sorga-sorga yang mengalir di bawahnya bengawan-bengawan. Mereka kekal di dalam sorga dengan idzin Tuhan mereka. Ucapan selamat mereka di da-lam sorga adalah “SALAAM”.

Golongan kedua ini adalah orang-orang yang beriman dan rajin menjalankan ibadah dan beramal shalih, tetapi kadangkala juga masih berani menjalankan perbuatan maksiat. Hanya saja amal shalih mereka yang diterima oleh Allah jauh lebih banyak dari dosa-dosa yang telah mereka perbuat.

c. Golongan yang diberi sorga atau ash-haabul jannah (para pemilik sorga). Golongan ini adalah golongan yang dinyatakan oleh Allah swt. dalam Al Quran Al Karim surat Al Ahqaaf ayat 13-14:

إِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْـزَنُوْنَ
أُوْلئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ ، خَالِدِيْنَ فِيْهَا جَزَآءً بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنِ .
Sesungguhnya orang-orang yang telah berkata: “Tuhan kami ( tempat kami menghambakan diri di dunia ini ) adalah Allah !”; kemudian mereka itu beristiqamah ( terus menerus berlaku demikian ), maka sama sekali tidak ada ketakutan/kekhawatiran dan tiada pula mereka susah ( selama hidup di dunia ). Mereka itu ( di akhirat kelak ) adalah para pemilik sorga, dalam keadaan kekal di dalamnya, sebagai balasan dari apa yang telah mereka lakukan”.

Jadi golongan ini adaalah golongan dari orang-orang yang sejak menyatakan diri sebagai orang-orang muslim, mereka selalu menyesuaikan ucapan yang mereka ucapkan, setiap perbuatan yang mereka lakukan dan setiap budi pekerti yang mereka amalkan, dengan apa yang telah diridlai oleh Allah swt. Dan sampai ajal kematian menjemput mereka, mereka tidak pernah mau menyeleweng dari garis keridlaan Allah swt.
Golongan inilah yang di akhirat nanti diberi wewenang oleh Allah swt. untuk memberi “SYAFA’AT” (pertolongan) untuk mengentas kedua orang tuanya, anak dan isterinya serta orang-orang yang dicintainya sewaktu hidup di dunia da-ri siksa neraka yang semestinya harus mereka jalani, untuk dibawa masuk ke dalam sorga.
Sungguh amat sulit sekali untuk menjadi golongan yang ketiga ini dengan amal ibadah yang kita lakukan sehari-hari. Sebab terkadang selama bulan Ramadlan kita telah berusaha keras mengerahkan seluruh kemampuan yang ada pada diri kita untuk hanya menuruti kehendak dan keridlaan Allah swt. dalam ucapan, tingkah laku dan budi pekerti atau akhlak kita; akan tetapi setelah bulan Ramadlan lewat dan telah datang bulan Syawal yang semestinya kita harus lebih meningkatkan prestasi yang telah kita capai selama bulan Ramadlan, ternyata secara tidak kita sadari, kita telah menuruti hawa nafsu kita dalam hal berkata, berbuat dan berakhlak.
Untung sekali masih ada cara lain yang lebih mudah untuk mendapatkan tingkatan dari golongan ketiga ini, yaitu “mati dalam peperangan karena membela agama Allah swt.” atau “mati syahid”. Itulah sebabnya mengapa pada masa Rasulullah saw. dan masa sahabat, banyak sekali orang yang ingin mati sya-hid. Bahkan apabila ada sahabat yang selalu ikut berperang dalam membela agama Islam, tetapi tidak juga mati meskipun dia sangat menginginkannya, diantara mereka ada yang bertanya kepada Rasulullah saw., apakah dirinya tidak diizinkan oleh Allah swt. untuk menjadi golongan syuhada’ ?. Kepada mereka yang selalu ikut perang sabil (perang membela agama Allah), akan tetapi tidak mati dalam medan pertempuran, Rasulullah saw. bersabda:

مَنْ سَـأَلَ الشَّهَادَ بِصِدْقٍ بَلَغَهُ اللّهُ مَنَازِلَ الشُّـهَدَآءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى
فِرَاشِـــهِ رَوَاهُ مُسْـلِمٌ وَأَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِى
Barangsiapa yang minta mati syahid dengan sungguh-sungguh, maka Allah akan menyampaikan dia pada kedudukan-kedudukan dari orang-orang yang mati syahid, meskipun dia mati di atas tempat tidurnya !“. (HR. Muslim, Abu Dawud dan At Tirmidzi)
Bahkan orang yang mati syahid itu pada hakekatnya tidaklah mati, melainkan hidup di sisi Allah dan mendapat rizki. Dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 169 Allah swt. berfirman:

وَلاَ تَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِى سَبِيْلِ اللّهِ أَمْوَاتًا ، بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ
Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang dibunuh di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup (dalam alam lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapatkan kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah dan ha-nya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu) di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki“.
Disamping itu, orang yang mati syahid itu dapat menolong anggauta keluarganya sebanyak 70 orang yang semestinya harus menjalani hukuman di neraka. Itulah sebabnya maka ayah, ibu,ndan isteri pada waktu diminta oleh seseorang yang akan berangkat ke medan pertempuran untuk mendo’akan agar dirinya mati syahid di medan pertempuran tersebut, mereka mau mendoakannya dengan ikhlas hati.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi dari Abu Darda’ ra., Nabi Besar Muhammad saw. bersabda sebagai berikut:

عَنِ الْمِقْدَادِ بْنِ مَعْدِكَرَبَ : لِلشَّهِيْدِ عِنْدَ اللّهِ سِتُّ خِصَالٍ : يُغْفَرُ لَهُ فِى دَفْعَةٍ وَيَرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَع الأَكْبَــرِ وَيُوْضَعُ عَلَى رَأْسِهِ تَاجُ الْوَقَارِ الْيَاقُوْتِيَّةِ مِنْهَا خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا وَيُـزَّجُ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ زَوْجَةً مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ وَيَشْفَعُ فِى سَبْعِيْنَ مِنْ أَقْرِبَآئِهِ . رَوَاهُ التِّرْمِذِى وَابْنُ مَاجَةَ .

Diriwayatkan dari Miqdad bin Ma’diyakrub: Orang yang mati syahid itu mempunyai enam perkara di sisi Allah:
- Diampunkan dosanya pada waktu pertama kali darahnya tumpah.
- Dia dapat melihat tempatnya di sorga.
- Dia dijauhkan dari siksa kubur.
- Dia aman dari ketakutan yang paling besar di hari kiamat.
- Di atas kepalanya akan diletakkan mahkota kebesaran yang terbuat dari batu yaqut yang sebutir saja dari batu-batu tersebut nilainya lebih baik dari pada dunia dan apa saja yang ada di atasnya.
- Dia akan dikawinkan dengan 72 orang isteri dari bidadari dan dapat memberi pertolongan kepada 70 orang dari para kerabatnya”. (HR Tirmidzi dan Ibnu Majah)

2. Kecintaan kepada Nabi Besar Muhammad saw. yang sangat mendalam, sehingga para sahabat berani mengorbankan apa saja yang mereka miliki untuk membela Nabi Besar Muhammad saw. serta membela kehormatan dan kesucian agama Islam yang diajarkan oleh beliau.
Kecintaan kepada Nabi Besar Muhammad saw. melebihi segala-galanya adalah merupakan syarat utama bagi keimanan seseorang, sebagaimana ha-dits Nabi Muhammad saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim sebagai berikut:

لاَ يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى اَكُوْنَ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِنْ نَفْسِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّـاسِ
اَجْمَعِيْنَ .
Artinya: “Tiadalah salah seorang dari kalian beriman, sehingga aku (Rasulullah saw.) lebih dicintai olehnya dari pada dirinya, hartanya, anaknya, orang tuanya dan manusia semuanya”.

3. Persatuan dan kesatuan ummat Islam sangat kuat yang dimanifestasikan dalam shalat berjama’ah lima waktu. Nabi Besar Muhammad saw. memang tidak pernah memberi kesem patan kepada seseorangpun untuk melakukan shalat fardlu lima waktu sendirian. Dalam salah satu hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud diceriterakan bahwa ada seorang shahabat yang buta bernama Ibnu Ummi Maktum; pada suatu hari datang kepada Ra- sulullah saw. seraya berkata:

يَا رَسُوْلَ اللّهِ ، إِنَّ المَدِيْنَةَ كَثِيْرَةُ الْهَوَامِ وَالسِّبَاعِ ، وَاَنَا ضَرِيْرُ الْبَصَرِ شَاسِـعُ
الدَّارِ ، وَلَيْسَ لِيْ قَائِدٌ يُلاَزِمُنِيْ ، فَهَلْ لِّيْ رُخْصَةٌ اَنْ أُصَلِّيَ فِيْ بَيْتِيْ ؟ قَـالَ:
هَلْ تَسْمَعُ النِّدَآءَ ؟ قَالَ : نَعَمْ ! قَالَ: فَأَجِبْ ، فَإِنِّيْ لاَ أَجِدُ لَكَ رُخْصَةً !.
Artinya: “Wahai Rasulullah, sesungguhnya di kota Madinah ini banyak binatang melata dan binatang-binatang buas, sedangkan saya adalah orang yang buta dan rumah saya jauh; tidak ada orang yang menuntun saya (ke masjid) dengan ajeg (tetap). Maka adakah bagiku keringanan untuk melakukan shalat di rumah ?”. Beliau bersabda: “Adakah engkau mendengar panggilan adzan ?”. Dia berkata: “Ya !”. Beliau bersabda: “Penuhilah panggilan tersebut; sesungguhnya saya tidak menemukan keringanan bagimu !”.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Abu Hurairah juga diceriterakan bahwa Nabi Besar Muhammad saw. sangat berkeinginan untuk membakar rumah-rumah kaum muslimin yang tidak mau menghadiri shalat berjama’ah di masjid. Disampaing itu juga tidak ada satu haditspun yang menceriterakan bahwa bahwa Nabi Muhammad saw. pernah melakukan shalat fardlu sendirian.

Akan tetapi, setelah iman dari kaum muslimin mulai lemah, kecintaan mereka kepada Nabi Besar Muhammad saw. sudah luntur dan persatuan serta kesatuan mereka sudah porak- poranda, lebih-lebih setelah kaum muslimin dijangkiti oleh penyakit senang dunia dan takut mati, maka dengan mudah orang-orang kafir dan orang-orang musyrik memecah belah persatuan dan kesatuan kaum muslimin, sehingga mereka dapat mengalahkan dan menun- dukkan kaum muslimin, sehingga pada akhirnya 4/5 dari negara-negara kaum muslimin di seluruh dunia dapat dijajah oleh kaum kuffar dan musyrikun, termasuk Indonesia yang pernah dijajah oleh Belanda selama tiga setengah abad.
Sebenarnya Nabi Besar Muhammad saw. telah memperingatkan tentang bahaya dari penyakit senang harta dan benci mati yang akan melanda kaum muslimin dalam salah satu hadits beliau yang diriwayatkan oleh Abu Dawud (nomor hadits:4297), yang berbunyi:

قَالَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يُوْشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَــا
تَدَاعَى الأَكَلَةُ اِلَى قَصْعَتِهَا . فَقَالَ قَائِلٌ : وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ ؟ قَالَ : بَــــلْ
أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيْرٌ ، وِلكِنَّكُمْ غُثَآءُ كَغُثَآءِ السَّيْلِ ، وَلَيَنْزِعَنَّ اللَهُ مِنْ صُــــــدُوْرِ
عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللّهُ فِى قُلُوْبِكُمُ الْوَهْنَ . فَقَالَ قَائِلٌ : يَارَسُوْلَ
اللّهِ ، وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ . رواه ابو داود:4297

Rasulullah saw. bersabda: “Ummat-ummat (di luar Islam) hampir mengepung kamu sekalian sebagaimana tukang-tukang makan mengepung ambengannya. Ada seseorang berkata:”Apakah sebab jumlah kami sedikit pada waktu itu ?. Rasulullah menjawab: “Bahkan kamu sekalian pada waktu itu banyak jumlahnya (mayoritas), akan tetapi kamu sekalian adalah buih seperti buih banjir (yang hanya mengikuti arus air) dan benar-benar akan mencabut dari dada musuh-musuhmu perasaan segan terhadap kamu sekalian dan Allah benar-benar akan mencampakkan wahan pada hati kamu sekalian. Ada sese-orang yang berkata: Wahai Rasulullah, apakah wahan itu ?. Beliau menjawab: “Cinta dunia dan benci mati”.
Cara yang dipergunakan oleh kaum kuffar dan musyrikun untuk merusak persatuan dan kesatuan ummat Islam serta memecah belah negara kesatuan kaum muslimin menjadi berkeping-keping adalah dengan menyusup ke dalam Islam dan berpura-pura menjadi muslim.
Sejarah telah mencatat keberhasilan seorang pendeta besar dari agama Yahudi yang bernama Abdullah bin Saba’ dari Yaman yang berpura-pura masuk Islam, dalam mengobarkan permusuhan dan peperangan saudara di kalangan kaum muslimin yang dimulai dari pembunuhan terhadap Khalifah Usman bin Affan yang dilakukan oleh kaum pemberontah dari Mesir. Akan tetapi rupanya Abdullah bin Saba’ belum puas hanya dengan memecah belah persatuan dan kesatuan ummat Islam saja tanpa menghancurkan dan merusak akidah Islami-yah.
Bangsa Persia (sekarang: Iran) yang semula menganut agama Zoroaster (Majusi) yang mempunyai keyakinan bahwa di alam semesta ini ada dua Tuhan, yaitu ORMUS (Tuhan Terang) dan AHRIMAN (Tuhan Gelap) dan mempunyai kepercaan bahwa pada diri KISRA (sebutan raja bagi bangsa Persia) terdapat unsur ke-Tuhan-an; setelah mereka masuk Islam pada zaman pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab ra. keyakinan tersebut hilang dan diganti dengan keyakinan menurut ajaran Islam. Akan tetapi setelah mereka menjadi golongan SYI’AH, oleh Abdullah bin Saba’ tauhid mereka dirusak, sehingga sampai sekarang mereka mempunyai keyakinan seperti keyakinan agama Majusi, yaitu bahwa pada diri para imam mereka terdapat unsur ke-Tuhan-an. Dan orang-orang Syi’ah sekarang juga mempunyai keyakinan bahwa para imam mereka itu masih menerima wahyu dari Allah swt. Karena keyakinan yang demikian inilah maka jolongan Ahlus Sunnah Wal Jama’ah, yaitu golongan yang terbesar dari ummat Islam di seluruh dunia menganggap bahwa ajaran kaum Syi’ah ini sudah menyimpang dari ajaran agama Islam yang benar.
Sejarah juga telah mencatat keberhasilan dari Gerakan Al Masuniyah, yaitu salah satu kelompok dari Gerakan Zionis Yahudi untuk menjual tanah Palestina, termasuk Masjid Al Aqsha kepada Bangsa Isra’il dengan harga 12 juta US dollar, sebagaimana dikemukakan oleh Husein Umar Hammaadah dalam bukunya “Syahaadatul Maasuuniyyah” halaman 42 sampai halaman 55. Di antara tokoh-tokoh dari Gerakan Al Maasuuniyyah tersebut nama-nama seperti: Jamaluddin Al Afghani, Muhammad Abduh dan Rasyid Ridla. Anehnya tokoh-tokoh tersebut oleh sekelompok ummat Islam di Indonesia dianggap sebagai tokoh-tokoh pembaharu atau modernis dalam Islam. Bahkan tasfir “Al Manaar” yang katanya karangan Muhammad Abduh yang di dalamnya tidak mempercayai wujud: malaikat, jin, sorga dan neraka dan lainnya seperti wujud yang diterangkan oleh Al Qur’an sendiri, telah dijadikan salah satu tafsir kebanggaan dari sekelompok ummat Islam di Indonesia. Dan Jamaluddin Al Afghani sendiri, yang sebenarnya adalah Al Faransawi (berkebangsaan Perancis) telah berhasil mengelabuhi sejumlah ummat Islam, sehingga dianggap sebagai orang yang berkebangsaan Afganistan. Apa tujuan dari Jamaluddin dengan memalsukan kebangsaannya yang sebenarnya… adalah Wallaahu A’lam. Akan tetapi yang jelas bahwa dengan pemalsuan tersebut dia telah berhasil dianggap sebagai salah seorang ulama’ Islam, sampai berhasil mendapat gelar “AS SYAIKH”; satu gelar yang hanya pantas diberikan kepada seorang tokoh yang mengabdikan dirinya untuk kebesaran dan ketinggian agama Islam.
Demikian pula halnya Mohammad Abduh, disampaing berhasil mendapat gelar sebagai As Syaikh di kalangan sebahagian ummat Islam, dia juga telah berhasil mendorong berdirinya kelompok-kelomppok extreem di kalangan ummat Islam yang tidak mengenal kompromi, bahkan suka menuduh kelompok lain yang tidak mau mengikuti pendiriannya sebagai golongan ahli bid’ah, syirik, dan tuduhan-tuduhan keji lainnya.
Kemudian, setelah kaum kuffar dan musyrikun berhasil memecah belah persatuan dan kesatuan ummat Islam di seluruh dunia, maka dengan mudah mereka menaklukkan empat perlima (4/5) dari negara-negara kaum muslimin, setelah mereka berhasil menumbangkan pemerintahan Islam yang terakhir, yaitu kesultanan Turki yang telah mereka incar sejak 450 tahun sebelumnya; termasuk Indonesia yang pernah dijajah oleh Belanda selama 350 tahun
Kaum kuffar dan musyrikun yang menjajah negara-negara kaum muslimin mulai dari Maroko sampai ke Meraoke, tidak hanya ingin menguras kekayaan dari negara-negara yang dijajah,tetapi juga berkeinginan untuk mengganti agama Islam dengan agama lain yang mereka bawa dari negeri mereka dengan segala macam daya dan upaya.
Kemudian setelah kaum kuffar dan musyrikun sadar bahwa mereka harus meninggalkan tanah air-tanah air kaum muslimin yang mereka jajah, maka mereka berusaha dengan sekuat tenaga untuk menancapkan lebih dalam lagi kuku penjajahan mereka dalam bidang: politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan di negeri-negeri jajahan mereka, sehingga meskipun tanah air-tanah air kaum muslimin sekarang ini sudah banyak yang merdeka, namun ternyata kaum muslimin di tanah air mereka sendiri yang sudah merdeka, belum merdeka menjalankan sistem politik, ekonomi, sosial dan kebudayaan menurut agama Islam sesuai dengan keyakinan yang dianut oleh kaum muslimin.
Untuk menhancurkan agama Islam dari dalam, kaum kuffar dan musyrikun juga telah berusaha dengan sekuat tenaga, dengan seribu satu macam alasan dan cara, ingin mengganti huruf-huruf Al Qur’an yang menjadi lambang persatuan dan kesatuan ummat Islam dengan huruf-huruf Latyn. Tujuan mereka adalah jelas, yaitu bahwa apabila ummat Islam terutama generasi mudanya sudah buta huruf-huruf Al Qur’an, maka secara otomatis mereka akan buta bahasa Al Qur’an. Dan manakala ummat Islam, terutama generasi mudanya sudah buta bahasa Al Qur’an, maka secara otomatis pengetahuanan mereka terhadap Agama Islam menjadi dangkal. Sebab kenyataan telah membuktikan, bahwa buku-buku ilmu pengetahuan tentang agama Islam sampai sekarang ini 99 % masih tertulis dalam huruf dan bahasa Al Qur’an. Yang sudah diterje-mahkan ke dalam bahasa lain kurang lebih baru 1 %. Itupun tidak seluruhnya dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sebab tidak sedikit buku-buku ilmu pengetahuan agama yang sengaja diterjemahkan oleh kaum kuffar dan musyrikun untuk merusak kesucian agama Islam. Dan selanjutnya, kepada ummat Islam dan terutama generasi muda Islam yang sudah loyo dan tidak mampu menguasai bahasa Al Qur’an, mereka teriakkan semboyan: “MARILAH KITA KEMBALI KEPADA AL QUR’AN DAN AL HADITS”. Semboyan tersebut mereka teriakkan melalui muilut-mulut ummat Islam sendiri, setelah terlebih dahulu mereka mengajak untuk “meninggalkan jauh-jauh bertaqlid kepada para ulama’ dan para kyai”.
Apakah tujuan mereka mengajak ummat Islam dan generasi muda Islam untuk meninggalkan jauh-jauh bertaqlid kepada para ulama’ dan para kyai ?. Tujuan mereka tidak lain dan tidak bukan adalah agar ummat Islam dan generasi muda Islam mengikuti mereka yang secara sadar atau tidak sadar telah menjadi corong dan juru bicara kaum kuffar dan musyrikun. Sebab penulis sendiri pernah diajak untuk meninggalkan jauh-jauh bertaqlid kepada para ulama’ dan para kyai dan diajak untuk berijtihad sendiri dengan mengambil dalil-dalil dari Al Qur’an dan Al Hadits saja. Karena penulis merasa belum mempunyai kemampuan untuk berijtihad sendiri seperti para imam mujtahid, maka penulis mengajukan pertanyaan kepada guru penulis yang menyerukan ajakan tersebut sebagai berikut: “Ma’af Pak, kalau saya yang membaca Al Qur’an saja masih belum betul menurut ilmu tajwid, apalagi memahami isi Al Qur’an, lalu bagaimana caranya saya harus berijtihad dengan mempergunakan dalil-dalil dari Al Qur’an dan Al Hadits sendiri ?. Bapak guru penulis menjawab sebagai berikut: “Kalau begitu, ikuti saja saya !”. Saat itu langsung penulis membalas dengan ucapan sebagai berikut:”Tadi Bapak telah menyuruh saya untuk meninggalkan jauh-jauh bertaqlid kepada para ulama’ dan para kyai; sekarang Bapak menyuruh ikut atau taqlid kepada Bapak yang ke-kyai-annya belum diakui seluruh masyarakat kota Yogyakarta. Bukankah lebih baik saya mengikuti atau bertaqlid kepada Imam As Syafi’i yang kesarjanaannya sudah diakui oleh seluruh dunia ?”. Bapak guru penulis diam seribu bahasa dan tidak memberikan bantahan apa-apa; dan dengan serta merta pergi meninggalkan kelas !.
Sebenarnya, arti dari semboyan “marilah kita kembali kepada Al Qur’an dan Al Hadits”, ialah “MARI KITA BUANG JAUH-JAUH AL QUR’AN DAN AL HADITS” !. Sebab ummat Islam dan generasi muda Islam yang sudah buta bahasa Al Qur’an dan Al Hadits itu diajak untuk mengambil dalil-dalil langsung dari Al Qur’an dan Al Hadits, maka pastilah mereka akan mencari “TERJEMAHAN AL QUR’AN DAN TERJEMAHAN AL HADITS”. Mushaf Al Qur’annya sendiri disimpan di atas almari, dan buku haditsnya sendiri terkadang belum pernah melihatnya. Sedangkan terjemahan Al Qur’an itu bukanlah Al Qur’an, demikian pula terjemahan Hadits bukanlah Hadits !. Akhirnya dalam mengartikan Al Qur’an dan Al Hadits, mereka ini cenderung untuk mengikuti selera hawa nafsunya sendiri; lebih-lebih jika mereka belum pernah mempelajari seluk beluk ilmu-ilmu Al Qur’an dan ilmu-ilmu Al Hadits.
Akibat dari buta huruf Al Qur’an ini bagi ummat Islam di Indonesia sangat fatal sekali.Jika dahulu kita dapat menyaksikan sendiri pengajian-pengajian yang diselenggarakan untuk memperdalam ilmu pengetahuan agama bagi rakyat Indonesia yang diadakan di langgar- langgar, surau-surau, mushalla-mushalla dan masjid-masijd di seluruh Indonesia, masyaraka yang datang untuk mengikuti pengajian-pengajian tersebut pada umumnya membawa kitab-kitab yang berhuruf Al Qur’an, meskipun mungkin kitab-kitab tersebut berbahasa daerah, dan sedikit sekali mereka yang datang hanya sekedar mendengarkan saja; namum sekarang ini sudah terbalik keadaannya. Kita dapat menyaksikan sekarang ini sebahagian besar dari masyarakat hanya ingin mendengarkan pengajian saja, dan sedikit sekali yang mau membawa kitab-kitab yang berhuruf Al Qur’an. Keadaan seperti yang kita saksikan sekarang ini menuntut kepada para ulama’, para kyai, para ustadz dan para guru yang bertugas untuk menyampaikan ilmu-ilmu agama harus memperhatikan penampilan dan penyampaian yang dapat menarik minat masyarakat. Sehingga seringkali mereka yang bertugas menyampaikan ilmu-ilmu agama kepada masyarakat menyelipkan humor-humor di tengah-tengah pengajian yang mereka sampaikan. Namun keadaan yang demikian ini diperburuk oleh minat masyarakat yang lebih senang mendatangkan muballigh-muballigh yang penampilannya hebat dan penyampaiannya sanggup memukau masyarakat yang mendengarkannya, tanpa banyak memperhatikan lagi isi dari tabligh yang disampaikan. Akibatnya majlis-majlis pengajian sudah berubah sifatnya. Jika dahulu majlis-majlis pengajian itu bersifat memberikan nasihat, kemudian berubah sifatnya menjadi semacam tontonan. Bahkan tidak jarang ada orang yang mempunyai hajat mengadakan resepsi pernikahan dari anaknya atau resepsi khitanan, mengundang muballigh untuk memberikan ceramah pada resepsi tersebut.
Keadaan yang semacam ini lebih diperburuk oleh para muballigh yang dalam da’wah mereka hanya menggunakan system AMS ( Asal Mustami’in/Masyarakat Senang) tanpa banyak memperhatikan tujuan yang akan dicapai dari da’wahnya. Sehingga kadang-kadang mereka menyampaikan humor-humor yang terlalu banyak yang tidak ada sangkut pautnya dengan pokok masalah yang sedang disampaikan, malahan terkadang bersifat porno atau yang tidak berisi. Sehingga apabila pengajian-pengajian yang diadakan oleh ummat Islam sekarang ini dapat diibaratkan sebagai makan; maka sebenarnya ummat Islam sudah cukup kenyang dengan makanan tersebut. Akan tetapi karena makanan yang dimakan tidak banyak mengandung gizi, akibatnya ummat Islam banyak yang terserang oleh berbagai macam penyakit yang menyerang ketauhidan, peribadatan dan akhlak mereka. Betapa banyak ummat Islam yang berpindah ke agama lain; dan betapa pula banyak aliran-aliran yang bertentangan dengan ajaran Ahlus Sunnah Wal Jama’ah yang masuk ke Indonesia dan bertumbuh subur bagaikan jamur di musim hujan.

Oleh Drs. KH. Achmad Masduqie Mahfudh ( Rois  PBNU Periode 2010-2015)

 

 

About Muhammad Taqiyyuddin Alawiy

- PENGASUH PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI'IYAH NURUL HUDA MERGOSONO KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG - Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang
This entry was posted in Makalah Agama Islam. Bookmark the permalink.

Leave a Reply