SHALAT BAGI KEHIDUPAN MANUSIA

 

A. Pendahuluan

Sebagaimana kita maklumi bahwa setiap orang yang hidup di dunia ini adalah menginginkan kebahagian, baik di dunia maupun di akhirat. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut, oleh Sang Pencipta, setiap orang telah dibekali dengan alat yang paling istimewa dan mempunyai kemampuan yang luar biasa, yaitu akal pikiran. Dengan akal fikiran tersebut, manusia tidak hanya mampu membedakan dirinya dengan makhluk-makhluk lain yang ada di dunia ini, tetapi juga mampu menciptakan alat-alat teknologi yang sangat canggih, yang apabila hasil ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) manusia sekarang ini diceriterakan pada jaman dahulu kala, niscaya orang  yang bercerita dianggap gila.

Akan tetapi akal manusia itu, betapapun cerdas, genius dan briliant, namun ternyata mempunyai kelemahan pokok tiga macam :

  1. Akal manusia tidak sanggup dan tidak mampu mengetahui hakekat kebenaran. Buktinya ialah banyaknya teori kebenaran yang telah dikemukakan oleh para ahli filsafat yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Padahal kita tahu dengan pasti bahwa kebenaran itu hanya satu. Bukti yang lain ialah bahwa setiap percekcokan, pertengkaran, perkelahian dan bahkan peperangan yang terjadi diantara anak-anak manusia, sebabnya tidak lain dan tidak bukan adalah karena masing-masing fihak saling berebut benar dan menuduh fihak lain yang berbuat salah.

  2. Akal manusia tidak sanggup dan tidak mampu mengetahui letak dan hakekat kebahagiaan. Buktinya ialah bahwa sering kali seseorang membayangkan bahwa hidupnya akan bahagia sekali manakala keinginan dan cita-cita yang didambakan dapat tercapai. Akan tetapi sering kali setelah keinginan dan cita-cita tersebur telah tercapai, ternyata malah membawa kesengsaraan hidupnya yang berkepanjangan.

  3. Akal manusia tidak sanggup dan tidak mampu mengetahui asal – muasal manusia. Artinya akal manusia tidak sanggup menjawabtujuh macam pertanyaan sebagai berikut :

    1. Dari manakah sebelum manusia ini hidup di dunia ?

    2. Mengapa manusia harus hidup di dunia ?

    3. Siapa gerangan yang menghendaki mausia hidup di dunia ?

    4. Untuk apa sebenarnya manusia hidup di dunia ?

    5. Mengepa setelah manusia terlanjur senang hidup di dunia dia harus mati; padahal tidak seorangpun manusia yang senang dengan kematian tersebut.

    6. Siapa gerangan yang menghendaki kematian dari menusia itu ?

    7. Setelah manusia mati, raganya yang berasal dari tanah dibuang ke tanah dan kembali menjadi tanah. Akan tetapi ke mana ruh atau nyawanya setelah ia mati ?

Ketiga macam kelemahan akal fikiran manusia tersebut adalah merupakan bukti yang nyata bahwa dalam mengarungi kehidupan di dunia ini secara mutlak setiap manusia masih memerlukan hidayah (petunjuk) yang lebih tinggi lagi, yaitu petunjuk yang berupa agama lagi. Dalam hal ini, adalah berupa agama samawu yang terakhir, yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat manusia.

Menurut ajaran agama Islam, kebahagiaan itu hanya akan dapat dirasakan dan dimiliki oleh setiap manusia yang telah memiliki ketenangan dan ketentraman jiwa. Sedangkan seseorang baru akan dapat merasakan ketenangan  jiwa, apabila :

  1. Sebagai hamba Allah SWT seseorang telah merasa dicintai oleh Allah SWT, karena dia selalu mendekatkan diri kepada-Nya dengan jalan menghadap kepada-Nya paling sedikit lima kali sehari semalam, patuh terhadap segala perintah-Nya dan selalu menjauhi larangan-larangan-Nya. Adapun satu-satunya cara untuk menghadap kepada Allah SWT adalah dengan jalan melakukan shalat. Dari sini kita dapat mengetahui bahwa “shalat lima waktu” itu adalah kebutuhan yang mutlak bagi jiwa setiap manusia, dan sama sekali bukan merupakan beban yang memberatkan bagi kehidupan manusia. Dan sebagai mana kita sekalian apabila ingin menghadap kepada seseorang penguasa di sesuatu negeri harus mengikuti peraturan-peraturan yang telah ditetapkan oleh Sang Penguasa tersebut, demikian pula halnya denga shalat sebagai satu-satunya cara untuk menghadap kepada Allah SWT, maka harus kita lakukan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT dan tidak boleh kita lakukan menurut selera dan kemauan kita sendiri.

  2. Sebagai makhluk sosial, seseorang akan merasa tenang dan tenteram hidupnya, manakala dia telah merasa dicintai oleh anggota masyarakat yang ada disekitarnya. Dan seseorang akan dicintai oleh masyarakat disekitarnya, manakala minimal dia tidak pernah merugikan kepentingan masyarakat baik secara langsung atau tidak langsung. Oleh karena itu agama Islam melarang setiap muslim   berbuat : keji, judi, menganiaya orang lain, menipu dan lain sebagainya; karena perbuatan-perbuatan tersebut dapat mengundang kebencian orang lain kepada dirinya. Dan agama Islam menganjurkan dan memerintahkan kepada pemeluk-pemeluknya agar banyak berbuat manfa’at atau jasa kepada orang lain, baik dengan tenaga, fikiran dan hartanya. Agama Islam menerangkan bahwa orang yang paling dicintai oleh Allah SWT adalah orang yang paling banyak manfa’atnya bagi sesama manusia. Di sini pula letak hikmah dari perintah agama Islam untuk mengeluarkan zakat, baik zakat sunnat (sedekah) maupun zakat wajib.

Adapun dalil-dalil nash yang bertalian dengan kedua mas’alah tersebut di atas, antara lain :

  1. Firman Allah SWT dalam surat Al Thaha (20) ayat 14 :

 إنَّنِى أنَا اللهُ لاَإلَهَ إلاَّ أنَا فَاعْبُدْنِى وَأقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِى

“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Aku, dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku”.

  1. Firman Allah SWT dalam surat Al Ankabut (29) ayat 45 :

أُتْلُ مَا أُوْحِيَ اِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلاَةَ,إنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ,وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ, وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.

  “Bacalah apa yang telah diwhyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

  1. Hadits yang disepakati kesahihannya oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Hadits Anas :

اَلْمُصَلِّى يُنَاجِى رَبَّهُ

         “Orang yang sedang shalat itu adalah beraudiensi dengan Tuhannya”.

2.Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari sahabat Abu Hurairah ra. :

اِنَّ أَقْرَبَ مَا يَكُوْنُ الْعَبْدُ اِلَى رَبِّهِ أَنْ يَكُوْنَ سَاجِدًا

“Sesungguhnya situasi hamba yang paling dekat dengan Allah, ialah apabila dia sedang dalam keadaan sujud (dalam shalat)”.

 B. Waktu Yang Baik untuk Berdo’a

Sebagaimana kita maklumi bersama, bahwa manusia hidup di dunia ini mempunyai berbagai macam keinginan, cita-cita dan tujuan. Untuk itulah manusia menuntut ilmu agar dapat lebih mudah mencapai keinginan, cita-cita dan tujuan tersebut. Namun kenyataan hidup di dunia ini menunjukkan bahwa bagaimanapun usaha yang telah dilakukan oleh manusia dalam mencapai keinginan, cita-cita dan tujuan tersebut, dia akan mengalami kegagalan manakala tidak ada perkenan (ridlo) dari Allah SWT meskipun dia telah melakukan apa yang dikenal dengan PPBS (Planning, Programming, Budgetting, System), yaitu : Perencanaan yang matang, Program kerja yang mantap, Pembiayaan yang cukup dan Sistem kerja yang baik.

Sebagai contoh yang mudah adalah seorang petani yang menginginkan hasil yang baik dari panennya. Meskipun dalam mencari bibit, lahan dan rabuk sudah mengikuti petunjuk dari Dinas Pertanian, namun jika tidak ada perkenan dari Sang Pencipta, maka keinginan dan cita-citanya tersebut akan lenyap musnah bersama banjir besar yang melanda lahan pekarangannya. Dan dalam hal ini ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang paling canggih tidak akan mampu menolong dirinya; demikian pula halnya dengan contoh-contoh yang lain.

Oleh karena itu agama Islam mengajarkan kepada para pemeluknya, bahwa pada sa’at seseorang muslim sedang sibuk melaksanakan tugas untuk mencapai keinginan dan cita-citanya, maka dia harus lebih banyak melakukan shalat mendekatkan diri kepada Allah SWT , kemudian memohon pertolongan dengan berdo’a sesudah shalat tersebut. Sebab saat yang paling tepat untuk memohon pertolongan dari Allah SWT adalah sesudah shalat tengah malam dan sesudah shalat fardlu, sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi dari Abu Umamah ra., katanya :

 أَيُّ الدُّعَاءِ أَسْمَعُ ؟ قَالَ:جَوْفُ الْلَيْلِ وَدُبُرُ الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوْبَاتِ

“Telah ditanyakan kepada Rasulullah SAW : Doa yang manakah yang lebih didengar oleh Allah ? Beliau bersabda : Doa yang lebih didengar oleh Allah SWT adalah doa di tengah malam dan sesudah shalat-shalat yang diwajibkan”.

Oleh karena itu, jika kita ingin selalu tercapai keinginan dan cita-cita kita, janganlah hendaknya kita berani menghutang shalat kita, lebih-lebih melalaikannya pada waktu kita sangat sibuk menghadapi tugas-tugas pekerjaan.

C. Ancaman Orang Yang Meninggalkan Shalat

Imam Ahmad Zaini Dahlan seorang pemimpin dalam kalangan mufti madzhab Syafi’iy di Makkah menulis dalam sebuah kitabnya yang diberi nama AL-MAJMU’ MUSYTAMILUN  ‘ALA ARBA’I RASAAILA” beberapa hadits nabi yang berkenaan dengan ancaman bagi orang yang meninggalkan sholat, keutamaan bagi yang menjaga sholat dan anjuran untuk selalu sholat berjamaah. Adapun hadits-hadits tersebut sebagai berikut:

  1. Di dalam hadits yang diriwayatkan dari Umar bin Khothob r.a dan Abi Hurairah r.a. dari Nabi SAW diakhir hayatnya, beliau bercerita: Jibril telah turun kepadaku dan berkata: “Bacalah”,  Aku berkata: “Aku tidak bisa membaca”, Jibril berkata: Akan tersisa sekelompok golongan  setelah ummat yang ada pada jamanmu yang mereka itu menyia-nyiakan (meninggalkan) shalat dan mengikuti keinginan hawa nafsu, maka akan terjatuhlah mereka dalam kelacutan (kehancuran). Maka aku bertanya: Wahai Jibril, Apakah ummatku akan menyia-nyiakan shalat setelah sepeninggalku? Jawab Jibril: Ya, Nanti diakhir jaman  manusia dari ummatmu akan menyia-nyiakan shalat, mengakhirkan waktu-waktu shalat dan mengikuti keinginan hawa nafsu; Harta menurut pandangan mereka lebih baik daripada mendirikan shalat.

Di dalam sebuah tafsir tentang ayat Allah:

  لاَيَمْلِكُوْنَ الشَّفَاعَةَ اِلاَّ مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمَانِ عَهْدًا

“Tidak akan mendapatkan pertolongan kecuali orang yang telah mengambil dihadapann Dzat yang Maha Pengasih sebuah janji”

Nabi saw. bersabda: “Yang dimaksud dengan Janji dalam ayat tersebut adalah Shalat Yang lima Waktu”. Dan Nabi saw. bersabda lagi: Allah tidak mewajibkan sesuatu terhadap hamba setelah kewajiban bertauhid yang lebih dicintai-Nya dibandingkan shalat. Apabila ada sesuatu yang lebih dicintai-Nya dibandingkan shalat, maka niscaya Malaikat Allah akan beridah dengannya. Sebagian Malaikat beribadah dengan melakukan ruku’, sebagian sujud, sebagian berdiri dan sebagian lagi duduk; Dan dikatakan bahwa sesungguhnya Malaikat yang melakukan shalat di langit disebut dengan julukan Khuddamur Rahman (pelayan Dzat yang Maha Pengasih) dan mereka membanggakan dirinya (dengan sebutan tersebut) terhadap Malaikat yang lain.

Abu Darda’ r.a. berkata: Sebaik-baik hamba Allah adalah orang-orang yang menjaga matahari, rembulan dan waktu malam untuk berdzikir kepada Allah (mengingat Allah) yaitu dengan mendirikan shalat.

Diriwayatkan sebuah hadits:

 اَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ عَلَيْهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَةُ فَاِنْ وُجِدَتْ تآمَّةً قُبِلَتْ وَسَائِرُ عَمَلِهِ, فَاِنْ وُجِدَتْ نَاقِصَةً رُدَّتْ وَسَائِرُ عَمَلِهِ. (الحديث)

“Pertama kali yang ditanyakan kepada setiap hamba di hari kiyamat (yaumul hisab) adalah shalat; Jadi apabila shalatnya diketahui sempurna, maka diterimalah shalatnya dan seluruh amal-amalnya. Apabila shalatnya diketahui kurang (tidak sempurna/ada yang tidak dilaksanakan), maka ditolaklah shalatnya dan seluruh amal-amalnya”.

Dalam sebuah hadits Nabi saw. bersabda pada shahabat Abi Hurairah r.a.: Wahai Aba Hurairah, Perintahkanlah keluargamu mendirikan shalat, maka sesungguhnya Allah akan mendatangkan kepadamu akan rizki yang tidak kamu sangka sebelumnya. Sesuai dengan sabda Nabi saw. adalah firman Allah swt. :

وَأْمُرْ اَهْلَكَ بِالصَّلاَةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لاَنَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى.

Perintahkanlah keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah atasnya, Aku tidak meminta kepadamu akan rizki akan tetapi Akulah yang akan memberi kamu rizki. Dan akhir yang baik diperuntukkan kepada orang yang bertaqwa”.

Imam ‘Atha’ Al Hurasaniy berkata: Tidak ada seorang hamba yang bersujud sekali di suatu tempat dari beberapa tempat dimuka bumi kecuali tempat tersebut bersaksi untuk hamba tsb. di hari kiyamat dan tempat itu akan menangisinya di hari kematian hamba tsb.

Nabi bersabda pada beberapa hadits:

مَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ مُتَعَمِّدًا بَرِئَتْ مِنْهُ ذِمَّةُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

Barangsiapa yang meninggalkan shalat secara sengaja maka bebaslah tanggungan Muhammad saw. terhadap orang tersebut (dalam arti orang tersebut tidak dianggap sebagai umat Muhammad saw.)”

   خَمْسُ صَلَوَاتٍ كَتَبَهُنَّ اللهُ عَلَى عِبَادِهِ, فَمَنْ اَدَّاهُنَّ لِمَوَاقِيْتِهِنَّ كُنَّ لَهُ نُوْرًا وَبُرْهَانًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ, وَمَنْ ضَيَّعَهُنَّ حُشِرَ مَعَ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ.

 “Allah telah mewajibkan shalat yang lima kepada hamba-hamba-Nya; Barangsiapa mendatanginya (sholat yang lima) sesuai dengan waktu-waktunya (yang sudah ditetapkan) maka baginya akan ada cahaya dan petunjuk di hari kiyamat, dan barangsiapa yang menyia-nyiakannya, maka akan digiring bersama Fir’aun dan Haman”.

 Di dalam sebuah hadits yang panjang: Sesungguhnya Jibril telah turun kepada Nabi saw. dan berkata: Wahai Muhammad, Allah tidak akan menerima dari orang meninggalkan shalat: puasanya, shadaqahnya, hajinya amal-amalnya dan zakatnya. Diturunkan kepada orang yang meninggalkan shalat setiap sehari semalam seribu laknat dan seribu kemarahan, sesungguhnya Malaikat Allah  melaknatnya dari atas langit tujuh; Wahai Muhammad, Orang yang meninggalkan shalat tidak mempunyai bagian di dalam beberapa bagianmu(hak ummat Muhammad), tidak di dalam beberapa pertolonganmu dan orang tersebut tidak termasuk dari ummtmu.Wahai Muhammad, Orang meninggalkan shalat tidak berhak dijenguk waktu sakitnuya, tidak berhak untuk diantarkan jenazahnya, tidak berhak diucapkan salam padanya, tidak berhak diberi makan, tidak berhak diberi minum, tidak berhak untuk diajak berteman, tidak berhak untuk diajak duduk bersama, dianggap tidak ada agama baginya, tidak ada kepercayaan padanya, tidak ada bagian di dalam rahmat Allah untuknya, dan orang tersebut digolongkan bersama orang-orang munafik di dasar yang paling dalam dari neraka; Orang yang meninggalkan shalat ditingkatkan siksaannya dengan dua tingkatan, di hari kiyamat akan didatangkan dalam keadaan kedua tangannya dibelenggu pada lehernya serta para malaikat memukulinya, dibuka untuknya neraka jahanam, kemudian masuk pada pintunya seperti busur, selanjutnya jatuh dengan kepalanya disisi Qorun dan Haman di dasar yang paling dalam dari neraka.

Orang yang meninggalkan shalat itu apabila sesuap makanan diangkat kemulutnya, maka sesuap makanan itu berkata kepadanya: Semoga Allah melaknatmu, wahai musuh Allah, kamu makan rizqi Allah  dan tidak mendatangi (melaksanakan) perintah-Nya; Orang yang memutus shalat pakaian yang ada dibadannya meminta bebas darinya, dan berkata padanya: Apabila Tuhanku  tidak melulutkan aku untukmu, niscaya aku akan lari darimu, wahai orang yang memutus shalat. Apabila keluar dari rumahnya maka rumahnya berkata: “Semoga Allah tidak menyertaimu diperjalanmu, tidak dibelakangmu, tidak bersanding denganmu dan tidak kembalimu kepada keluargamu secara selamat”. Orang yang memutus shalat dilaknat selama hidupnya dan matinya. Orang yang memutus shalat akan meninggal secara yahudi dan dibangkitkan secara nasrani.

Imam Sya’raniy di dalam kitab “Al-Uhud” berkata: Kami sudah mengambil janji secara umum dari Rasululllah saw. untuk menerangkan kepada orang meningggalkan shalat, mulai para petani, orang-orang awam dan seluruh orang-orang yang bodoh akan apa yang telah datang mengenai keutamaan shalat yang lima dan keutamaan orang melanggengkan (selalu mendirikannya), kami mengkhususkan  hal tersebut dengan tambahan yang menguatkan seperti Allah dan Rasulnya telah menguatkannya, dan telah melupakan hal tersebut umumnya orang-orang fakir dan pencari ilmu sekarang ini, sehingga kamu melihat salah satu dari mereka berkumpul dengan dengan orang meninggalkan shalat mulai dari anak, pembantu, sahabat dan yang lainnya, makan bersama, bergurau bersama, bekerja bersama dalam satu perdagangan, pembangunan dan yang lainya, dan sama sekali tidak diterangkan kepada mereka (orang yang meninggalkan shalat) akan apa-apa bahaya dari meninggalkan shalat yaitu dosa yang akan diterima, tidak diterangkan apabila mendirikan shalat akan mendapat pahala, dan hal-hal dari apa-apa yang bisa merobohkan agama. Maka berilah penjelasan, wahai saudaraku, kepada setiap orang bodoh apa-apa yang bisa merusakkan kewajiban-kewajiban agamanya; Dan apabila kamu tidak mau menjelaskan, maka kamu termasuk orang pertama yang dimasukkan neraka bersama mereka, seperti  yang ada dalam suatu hadits shahih, dikarenakan sesungguhnya kamu termasuk kategori orang yang mempunyai ilmu dan tidak mau mengamalkan ilmunya; Sebab setiap orang yang mengetahui sesuatu dari hukum-hukum syariat dan  tidak mengamalkan ilmunya serta tidak mengajarkanya kepada orang lain, maka orang tersebut termasuk dalam katagori orang yang berilmu akan tetapi tidak mengamalkan ilmunya.

Sesungguhnya shalat, mendirikannya dengan berjamaah adalah sebagai sebab hasilnya beberapa kebaikan, beberapa barakah, penambah kebagusan, pengangkat beberapa derajat, pelebur beberapa kejelekan, penghilang beberapa bala dan malapetaka, dan sebagai bukti dari ketaqwaan, yang ketaqwaan tersebut sebagai dasar  dari beberapa kesempurnaan. Apabila melanggengkan shalat bisa berhasil  maka berhasillah ketaqwaan dan seluruh kebagusan serta kebaikan seperti pencegah dari perbuatan keji, mungkar dan beberapa kesalahan, hal ini didasarkan atas firman-firman Allah dalam Al Qur’an:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرَى امَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمآءِ وَاْلاَرْضِ…(الاعراف: 96)

“Sekiranya penduduk desa itu,  beriman dan bertaqwa tentulah kami akan membuka kepada mereka (pintu kebaikan) yang melimpah-limpah berkahnya dari langit dan bumi…………”. (Q.S. Al A’raf : 96)

وَلَوْ اَنَّهُمْ اَقَامُوا التَّوْرَةَ وَاْلاِنْجِيْلَ وَمَا اُنْزِلَ اِلَيْهِمْ مِنْ رَبِّهِمْ لاَكَلُوْا مِنْ فَوْقِهِمْ وَمِنْ تَحْتِ اَرْجُلِهِمْ….(المائدة:66)

   “Dan kalau mereka bersungguh-sungguh menegakkan (menjalankan perintah-perintah Allah) dalam Taurat dan Injil dan apa saja yang diturunkan kepada mereka dari Tuhan mereka (Al Qur’an) niscaya mereka akan makan (yang mewah) dari atas mereka (langit) dan dari bawah kaki mereka (bumi)…” (Q.S. Al Maidah 66)

وَاَنْ لَوِاسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لاَسْقَيْنَاهُمْ مَاءً غَدَقًا (الجن:16)

  “(Nabi Muhammad di wahyukan menerangkan lagi): Dan bahwa sesungguhnya, kalaulah mereka (manusia dan jin) itu berjalan betul di atas jalan (Islam) sudah tentu kami (akam memberikan mereka sebab-sebab kemewahan terutama) menurunkan hujan lebat kepada mereka” (Q.S. Al Jin : 16)

Sesungguhnya bencana (bala) akan hilang dari tempat yang penduduknya mendirikan shalat sebagaimana sesungguhnya bencana akan diturunkan pada suatu tempat yang penduduknya meninggalkan shalat, maka tidak jauh akan terjadi gempa bumi, halilintar dan guntur yang membahayakan pada suatu tempat yang penduduknya meninggalkan shalat dan jangan kamu berkata : Sesungguhnya saya shalat dan saya tidak peduli dengan mereka dan tidak ada kemelaratan kepada saya dari mereka, karena sesungguhnya malapetaka (bala), bila terjadi akan menyeluruh mengenai orang yang shaleh dan orang yang lacut, karena disebabkan adanya orang yang shaleh tidak memerintahkan kepada mereka, titak mencegah mereka dan tidak menjauhi mereka karena Allah Ta’ala. Dan Allah terhadap segala sesuatu menyaksikan (mengetahui).

 Diriwayatkan dari Nabi saw., sesungguhnya beliau bersabda:

   مَنْ حَافَظَ عَلَى الصَّلاَةِ اَكْرَمَهُ اللهُ بِخَمْسِ خِصَالٍ : يَرْفَعُ عَنْهُ ضَيْقَ الْعَيْشِ,وَعَذَابَ الْقَبْرِ,وَيُعْطِيْهِ كِتَابَهُ بِيَمِيْنِهِ,وَيَمُرُّ عَلَى الصِّرَاطِ كَالْبَرْقِ, وَيَدْخُلُ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ.

 Barangsiapa menjaga shalat maka Allah memulyakannya dengan lima perkara: (1) Dihilangkan darinya  kesusahan/keruwetan hidupnya, (2).dihilangkan darinya siksa kubur, (3). Diberikan kitab amalnya dengan tangan kanan, 4. Berjalan pada shirath ( jembatan antara padang mahsar dengan surga) bagaiakan kilat yang menyambar, 5. Masuk surga dengan tanpa dihisab.

وَمَنْ تَهَاوَنَ بِالصَّلاَةِ عَاقَبَهُ اللهُ بِخَمْسَ عَشْرَةَ عُقُوْبَةً:سِتٍّ فِى الدُّنْيَاوَثَلاَثٍ عِنْدَ المَوْتِ وَثَلاَثٍ عِنْدَ دُخُوْلِهِ فِى الْقَبْرِ وَثَلاَثٍ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ اَىْ مَوْقِفِ الْقِيَامَةِ.

 Barangsiapa meremehkan pendirian shalat, maka Allah menyiksanya dengan lima belas siksaan, enam siksaan diberikan di dunia, tiga pada waktu mati, tiga pada waktu masuknya di kuburan dan tiga pada waktu bertemu dengan Tuhannya maksudnya ditempat berhentinya dihari qiyamat menunggu hisab.

Keterangan :

a). Siksaan yang diturunkan di dunia maksudnya adalah

  1. dihilangkan barakah umurnya

  2. Dihapus tanda orang sholeh yang ada diwajahnya.

  3. Setiap amal perbuatan yang dilakukannya tidak diberi pahala oleh Allah.

  4. Tidak diangkat doanya ke langit (bila berdoa)

  5. Tidak mendapat bagian setiap ada doa yang diperuntukkan kepada orang-orang shaleh.

  6. Ruhnya keluar dengan tanpa membawa keimanan.

 b) Siksaan yang diberikan pada waktu mati:

  1. meninggal dengan cara yang hina.

  2. meninggal dalam keadan lapar.

  3. meninggal dalam keadan haus dan meskipun diberi minum sebanyak lautan maka  tidak akan menyegarkannya.

 c) Siksaan yang diberikan pada waktu dikuburan.

  1. Allah menyempitkan kuburnya sehingga melesat tulang-tulangnya.

  2. Disulutkan api didalam kuburannya serta dibolak balikkan di atas bara api setiap malam dan siang.

  3. Dikuasakan padanya di dalam kuburannya seekor ular yang diberi nama “Syujaa’ul Aqra’ “ yang memukulinya karena menyia-nyiakan shalat dan selesainya siksaan disesuaikan dengan kadar waktu-waktu shalat.

 d) Siksaan yang diberikan pada waktu bertemu dengan Tuhannya.

1. Apabila langit sudah terbelah, datanglah malaikat kepadanya dan ditangannya membawa rantai yang panjangnya 70 dzira’ ( 35 m ) kemudian malaikat  tersebut mengkalungkan rantai tersebut dilehernya   (orang yang meremehkan shalat), seterusnya memasukkan rantai kemulutnya dan keluarlah rantai dari duburnya, serta Malaikat tersebut berkata: Inilah pembalasan orang yang menyia-nyiakan kewajiban-kewajiban Allah. Imam Ibnu Abbas r.a. berkata: “Apabila satu bundaran dari rantai  tersebut terjatuh di atas bumi maka niscaya buki akan terbakar

2.  Allah tidak akan melihatnya

3.  Allah tidak akan membersihkannya dan baginya ada siksaan yang pedih.

   وَعَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّىاللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَنَّهُ قَالَ يَوْمًا لاَصْحَابِهِ:قُوْلُوْا اَللَّهُمَّ لاَتَجْعَلْ فِيْنَا شَقِيًّا وَلاَ مَحْرُوْمًا,ثـُمَّ قَالَ:اَتَدْرُوْنَ مَنِ الشَّقِيُّ الْمَحْرُوْمُ؟ قَالُوْا: وَمَنْ هُوَ يَا رَسُوْلَ اللهِ؟ قَالَ: تَارِكُ الصَّلاَةِ.

Diriwatkan dari Rasulullah saw., pada suatu hari sesungguhnya beliau bersabda kepada sahabat-sahabatnya: “Kamu sekalian berucaplah, Ya Allah Janganlah Engkau menjadikanku orang yang celaka dan terhalang (untuk mendapatkan pahala)”, kemudian beliau bersabda: “Apakah kamu sekalian mengetahui, siapa orang yang celaka yang terhalang pahalanya?” Sahabat-sahabatnya berkata: “Siapa dia, Ya Rasulullah? Beliau menjawab:”Orang yang meninggalkan shalat”.

  وَ فِى حَدِيْثِ اْلاِسْرَآءِ : لَمَّا اَتَى النَّبـِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى قَوْمٍ تُرْضَخُ رُؤُسُهُمْ بَالحِجَارَةِ, كُلَّمَا رُضِخَتْ عَادَتْ كَمَا كَانَتْ لاَيَفْتـُرُ عَنْهُمْ مِنْ ذاَلِكَ شَيْئٌ قَالَ: يَاجِبْرِيْلُ, مَنْ هَؤُلاَءِ؟ : اَلَّذِيْنَ تَتَـثـَاقَلُ رُؤُسُهُمْ عَنِ الصَّلاَةِ,

“Di dalam hadits Isra’: Pada waktu Nabi saw. datang pada suatu kaum yang selalu memecahkan kepalanya dengan batu, apabila kepalanya sudah pecah maka kepalanya dikembalikan lagi  seperti semula, yang tiada henti dari mereka itu melakukan hal tersebut, Nabi saw. bertanya: “Wahai  Jibril, Siapa mereka itu?” Jibril  menjawab: “Meraka itu adalah orang-orang yang kepalanya merasa berat untuk melakukan shalat”.

وَقَالَ تَعَالَى:فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّيْنَ الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُوْنَ.

Allah Ta’ala berfirman: “Maka neraka Wail diperuntukkan bagi orang-orang yang shalat, yang mereka itu lalai akan shalatnya”.

Sebagian ahli Tafsir berkata: “Yang dimaksudkan adalah mereka-mereka yang selalu menyia-nyiakan shalatnya dan sampai waktu shalat telah habis. Neraka Wail adalah suatu jurang di neraka Jahanam, apabila gunung-gunung dunia dijalankan di dalamnya, maka niscaya gunung-gunung tersebut akan meleleh karena sangat panasnya. Dan tempat tersebut diperuntukkan bagi orang yang meremehkan shalat, kecuali bila orang tersebut bertaubat kepada Allah dan menyesali akan kesembronoannya (meninggalkan shalat).

Shalat bisa digunakan sebagai pembeda antara orang yang mukmin dan orang yang kafir.      

  1.  Shalat sebagai Bukti Keimanan yang terdapat di Hati

Sebagaimana kita maklumi, bahwa di luar kemampuan manusia ini masih ada kekuasaan dari Yang Maha Kuasa yang tidak dapat di tentang dan dikalahkan oleh kekuasaan siapapun juga. Menurut ajaran agama Islam, kekuasaan tersebut adalah kekuasaan dari Allah Yang Maha Kuasa.

Oleh karena itu, setiap orang yang telah memeluk agama Islam, dia diwajibkan untuk beriman kepada Alla SWT dengan segala sifat-sifat kesempurnaan-Nya. Namun iman itu letaknya di hati dan tidak dapat kita lihat dengan pakaian yang dipakai oleh seseorang. Sebagaimana accu yang tidak dapat kita ketahui apakah ada setromnya atau tidak hanya dengan melihat keadaan luarnya saja, melainkan dengan test-test tertentu; demikian pulalah halnya dengan iman yang ada di hati kita ini, hanya dapat diketahui dengan test-test tertentu pula. Iman yang paling kuat ialah apabila pemiliknya mendengar adzan yang memanggil dirinya mengerjakan shalat, dia segera melakukan shalat; sebagaimana accu yang stromnya kuat ialah accu yang dipasang di mobil, yang apabila dipergunakan untuk nyetater mobil, langsung tock-cer. Oleh karena itu Sayyidina Umar bin Khattab pernah meriwayatkan sebuah hadits sebagai berikut :

اَلصَّلاَةُ عِمَادُ الدِّيْنِ وَنُوْرُ الْيَقِيْنِ. فَمَنْ اَقَامَهَا فَقَدْ أَقَامَ الدِّيْنَ وَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ هَدَمَ الدِّيْنَ.

“Shalat itu ialah tiang agama dan cahaya keimanan. Barang siapa yang mendirikan shalat, maka benar-benar dia telah mendirikan agamanya. Dan barang siapa yang meninggalkan shalat, maka benar-benar dia telah merobohkan agama”.

  1. Hikmah Shalat Sunnah

Hikmah adanya shalat sunnah sebelum dan sesudah shalat fardlu, menurut Imam Ibnu Daqiqil ‘Iid: Di dahulukannya shalat sunnah sebelum shalat fardlu, dikarenakan hati manusia umumnya mau melaksanakannya disebabkan keinginan dunia, jauh dari tingkah khusuk (konsentrasi dalam melaksanakannya), khudlu’ (merendahkan diri) dan hadirnya hati dalam shalat tersebut, kehadiran hati merupakan ruh dari ibadah. Maka dengan alasan di atas shalat sunnah didahulukan atas shalat fardlu, adanya jiwa lupa  akan ibadah dan bagaimana sesorang mendekatkan dirinya kepada Allah akan tetapi hatinya tidak khusu’ (konsentrasi) dalam ibadahnya.

Adapun diakhirkannya shalat sunnah dari shalat fardlu dikarenakan adanya keterangan dalam suatu hadits yang mengatakan shalat sunnah sebagai penambal shalat fardlu dari kekurangan yang terjadi dalam pelaksanaannya, sehingga sesuailah apabila penambal cacat dilaksanakan setelah shalat fardlu.

Akan tetapi jangannlah berniat dalam melaksanakan shalat sunnah tersebut untuk dipakai sebagai penambal shalat fardlu dari kekurangan,  sebab ketidak tahuan  akan kerurangan dan sebab ketidak pastian diterimanya shalat sunnah yang dilakukan.

1. Keutamaan Shalat Sunnah Qobliyah Shubuh

Adapun dasar kutamaan tersebut berdasarkan hadits-hadits sebagai berikut:

a). Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Turmidzi dari Sayyidah ‘Aisyah r.a, Rasulullah SAW bersabda :

  رَكْعَتَاالْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا.

Diriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda: “Dua rakaat shalat fajar lebih baik dibandingkan dengan dunia dan seisinya”.

b). Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Sayyidah ‘Aisyah r.a. :

قَالَتْ: لَمْ يَكُنِ النَّبِى صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى شَىْءٍ مِنَ الْنَوَافِلِ أشَدُّ تَعَاهُدًا مِنْهُ عَلَى رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ.

Sayyidah ‘Aisyah berkata: “ Nabi saw. tidak pernah melaksanakan sesuatu dari beberapa shalat sunnah yang sangat dilanggengkannnya melebihi dua rakaat shalat fajar”.

 c)   Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dari Abi Hurairah r.a. Rasulullah bersabda:

  لاَ تَدَعُوْا رَكْعَتَىِ الْفَجْرِ وَلَوْ طَرَدَتْكُمُ الْخَيْلُ.

  “ Janganlah kamu sekalian meninggalkan dua rakaat shalat fajar meskipun kuda telah menyingkirkanmu (karena cepatnya jalannya kuda dan kamu berada dibelakangnya belum sempat naik)”.

  Keutamaan Shalat Witir

 Shalat sunnah ini dinamakan witir karena dalam pelaksanaannya ditutup dengan satu rakaat yang berbeda dengan shalat-shalat yang lain.

a). Hukum Shalat witir : sunnah muakkad menurut jumhurul fuqoha’.Sayyidina Ali r.a berkata: Shalat witir tidaklah wajib seperti shalat fardlu akan tetapi sunnah yang selalu dilaksanakan oleh Rasulullah saw. dan berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Tirmidzi (Kitab sunan Tirmidzi) dan Imam Abi Daud ra, Rasulullah SWT terpilih :

 قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يَا أهْلَ الْقُرْآنِ أوْتِرُوْا,فَإنَّ اللهَ وِتْرٌ يُحِبُّ الْوِتْرَ.

Rasulullah saw. bersabda: : “Wahai Ahli Qur’an, dirikannlah shalat witir, karena Allah adalah witir (ganjil) yang suka akan witir”.

b). Waktu pelaksanaannya: mulai sesudah shalat Isya’ sampai dengan terbitnya fajar shodiq.

c). Jumlah rakaatnya : paling sedikit satu rakaat dan yang paling sempurna sebelas rakaat. Hal ini berdasarkan hadits riwayat dari Abi Ayub Al Anshoriy:

 أنَّ النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أوْتِرْ بِخَمْسٍ فَإنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَبِثَلاَثٍ فَإنْ لَمْ تَسْتَطِعْ فَبِوَاحِدَةٍ.

Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: Laksanakan shalat witir dengan lima rakaat, apabila tidak mampu maka laksanakan dengan tiga rakaat, bila tidak mampu maka dengan satu rakaat.

  Keutamaan shalat Malam

 Shalat ini disebut juga shalat tahajud bila dilaksanakan setelah tidur. Shalat qiyamul lail adalah shalat sunnah yang tidak dibatasi jumlah rakaatnya, dilaksanakan  setelah terjaga dari tidur dan sebelum adzan shubuh. Dasar hukum pelaksanaan shalat qiyamul lail adalah firman Allah dalam surat Al Isra’ ayat 79:

 وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ عَسَى أَنْ يَبْعَثـَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُوْدًا.(الإسراء:79)

“Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu, mudah-mudahan Tuhan-Mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji”.

 Hadits riwayat Imam Muslim (Shoheh Muslim hadits no. 1163) dan lainnya dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW ditanya sahabat

 أيُّ الصَّلاَةِ أفْضَلُ بَعْدَ الْمَكْتُوْبَةِ ؟ قَالَ : اَلصَّلاَةُ فِى جَوْفِ اللَّيْلِ.

 “Abi Hurairah berkata: Rasulullah saw. ditanya: “Shalat apa yang lebih utama setelah shalat wajib? Rasulullah saw. menjawab: “Shalat yang dilaksanakan ditengah malam”.

 Keutamaan Shalat Dzuhah.

Shalat Dhuha hukumnya sunnah muakkad disebabkan Nabi saw selalu malaksanakannya dan manusia senang dengannya serta besar keutamaannya. Suatu hadits yang diriwayatkan dari Abi Dzarrin r.a. : Sesungguhnya Nabi saw. bersabda: “Jadilah tiap tulang dan pergelangan badan dari seseorang dari kamu  adalah sadaqah, setiap tasbih dan tahlil adalah sadaqah, setiap takbir adalah sadaqah, setiap tahmid adalah sadaqah, amar ma’ruf adalah sadaqah, nahi mungkar adalah sadaqah; Seseorang dari kamu akan mendapatkan semua pahala sadaqah tersebut dengan melaksanakan dua rakaat dari shalat Dhuha. (Hadits riwayat Imam Muslaim)

Zaid bin Arqam  berkata: Rasulullah keluar menemuai ahli Quba’, sedang ahli Quba sedang  melaksanakkan shalat Dhuha, kemudian Rasulullah bersabda: Shalat Awwabiin (shalat yang digunakan untuk kembali kepada Allah dengan memperbanyak taubat) bila dilaksanakan pada waktu naiknya matahari dan sangat panas rasanya bagi anak unta yang kecil. (Hadits riwayat Imam Muslim: 748 dan lainnya)

Rakaatnya:  paling sedikit dua rakaat dan paling sempurna delapan rakaat.

Dasar pelaksanaannya: Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim :

 عَنْ أبـِى هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: أوْصَانِى خَلِيْلِى بـِثَلاَثٍ:صِيَامِ ثَلاَثـَةِ اَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيِ الضُّحَى وَاَنْ اُوْتِرَ قَبْلَ اَنْ اَرْقُدَ.

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., ia berkata: “Kekasihku (Rasulullah saw.) telah memberi wasiat kepadaku tiga perkara: puasa tiga hari dari setiap bulan, dua rakaat shalat Dhuha dan aku diminta untuk melaksanakan shalat sebelum tidur”.

 Waktu pelaksanaannya: mulai dari naiknya matahari sampai tergelincirnya dan yang utama dilaksanakan pada waktu telah lewat seperempat siang.

 

About Muhammad Taqiyyuddin Alawiy

- PENGASUH PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI'IYAH NURUL HUDA MERGOSONO KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG - Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang
This entry was posted in Makalah Agama Islam. Bookmark the permalink.

Leave a Reply