SENIKMAT APAPUN DUNIA, AKAN KITA TINGGALKAN

اَلْحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الْحَقِّ الْمُبِيْنِ، الَّذِي حَبَانَا بِالْإِيْمَانِ واليقينِ، وقال للنبي: (وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ). أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ جَاءَنَا بِالإِسْلاَمِ القَوِيْمِ وَبِالْهُدَي، لِنَكُوْنَ بِهِ مِنَ الأَبْرَارِ السُّعَدَاءِ، وَنَصُوْنُ بِهِ أَنْفُسَنَا مِنَ الشَّقَاءِ وَالرَّدَي.اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد،ٍ خاتم الأنبياء والمرسلين، وعلي آله الطيبين، وأصحابه الأخيار أجمعين، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Pernahkah kita berfikir, berapa orang yang meninggal dunia di kota kita selama satu bulan? Atau selama satu tahun? Atau bahkan setiap hari di seluruh penjuru bumi? Ketetapan Allah terus berjalan. Ada yang lahir ke dunia dan sebagian lagi meninggalkannya. Suatu saat nanti, pasti kita akan mendapatkan giliran. Ini sebuah realita kehidupan yang tidak bisa dipungkiri. Namun sangat disayangkan, banyak orang lupa atau melupakan kematian.

Padahal dahulu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak membicarakan tentang kematian kepada para sahabat, sementara kondisi hati mereka hidup. Ini sangat berbeda dengan realita saat ini. Betapa banyak acara yang dibuat, upaya yang dirancang untuk mengalihkan perhatian dari kematian. Padahal kita sangat membutuhkannya untuk menyadarkan kita dari kelalaian dan melunakkan hati yang sudah mengeras! Kalau kita mau menjawab dengan jujur, siapakah yang lebih butuh terhadap pembicaraan tentang kematian, kita ataukah para shahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam? Jawabnya, tentu kita.

Oleh karena itu, pembicaraan tentang kematian sangat relevan untuk selalu diperbincangkan agar hati kita selalu ingat akan bekal yang harus kita persiapan. Pembicaraan tentang sebuah peristiwa yang amat mengerikan. Peristiwa yang memutuskan seluruh kesenangan dan mengubur seluruh angan-angan. Kematian berarti berpisah dengan orang-orang yang kita cintai. Kematian memutus kesempatan beramal, dan mengantarkan ke gerbang hisab.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menasehati kita dengan nasehat yang menyentuh. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَكْثِرُوا ذِكْرَ هَاذِمِ اللَّذَّاتِ : الْمَوْتَ , فَإِنَّهُ لَمْ يَذْكُرْهُ أَحَدٌ فِيْ ضِيْقٍ مِنَ الْعَيْشِ إِلاَّ وَسَّعَهُ عَلَيْهِ , وَلاَ ذَكَرَهُ فِيْ سَعَةٍ إِلاَّ ضَيَّقَهَا عَلَيْهِ

Perbanyaklah mengingat pemutus kenikmatan, yaitu kematian. Karena kematian itu, jika diingat oleh orang yang sedang dalam kesusahan hidup, maka akan bisa meringankan kesusahannya. Dan jika diingat oleh orang yang sedang senang, maka akan bisa membatasi kebahagiaannya itu.” (HR. Thabrani dan al-Hakim).

Ibadallah,

Mengingat kematian itu dapat menghidupkan hati. Orang yang benar-benar malu terhadap Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan melalaikan kematian serta tidak akan meremehkan persiapan menghadapi kematian. Sebagaimana disebutkan dalam hadits.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَحْيُوا مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ قَالَ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا نَسْتَحْيِي وَالْحَمْدُ لِلَّهِ قَالَ لَيْسَ ذَاكَ وَلَكِنَّ الِاسْتِحْيَاءَ مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ أَنْ تَحْفَظَ الرَّأْسَ وَمَا وَعَى وَالْبَطْنَ وَمَا حَوَى وَلْتَذْكُرْ الْمَوْتَ وَالْبِلَى وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ تَرَكَ زِينَةَ الدُّنْيَا فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَقَدْ اسْتَحْيَا مِنْ اللَّهِ حَقَّ الْحَيَاءِ

Dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Hendaklah kamu benar-benar malu kepada Allah!”. Kami mengatakan, “Wahai Rasulullah, al-hamdulillah kami malu (kepada Allah)”. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bukan begitu (sebagaimana yang kamu sangka-pen). Tetapi (yang dimaksud) benar-benar malu kepada Allah adalah engkau menjaga kepala dan isinya, menjaga perut dan apa yang berhubungan dengannya; dan hendaklah engkau mengingat kematian dan kebinasaan. Dan barangsiapa menghendaki akhirat, dia meninggalkan perhiasan dunia. Barangsiapa telah melakukan itu, berarti dia telah benar-benar malu kepada Allah ‘Azza wa Jalla.” (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membiarkan kesempatan berlalu begitu saja. Bila ada kesempatan, Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu mengingatkan para sahabatnya tentang kematian dan berbagai rentetan peristiwa yang akan mengiringinya.

عَنْ الْبَرَاءِ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي جِنَازَةٍ فَجَلَسَ عَلَى شَفِيرِ الْقَبْرِ فَبَكَى حَتَّى بَلَّ الثَّرَى ثُمَّ قَالَ يَا إِخْوَانِي لِمِثْلِ هَذَا فَأَعِدُّوا

Dari al-Bara’ radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, “Kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada (penguburan-red) suatu jenazah, lalu Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk pada tepi kubur, kemudian beliau menangis sehingga tanah terbasahi, lalu beliau bersabda: “Wahai saudara-saudaraku! Bersiap-siaplah untuk yang seperti ini.” (HR. Ibnu Majah).

Dalam riwayat lain, al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu mengatakan.

بَيْنَمَا نَحْنُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ بَصَرَ بِجَمَاعَةٍ فَقَالَ : عَلَامَ اجْتَمَعَ عَلَيْهِ هَؤُلَاءِ؟ قِيْلَ : عَلَى قَبْرٍ يَحْفِرُوْنَهُ ، قَالَ : فَفَزِعَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَدَرَ بَيْنَ يَدَيْ أَصْحَابِهِ مُسْرِعًا حَتَّى انْتَهَى إِلَى الْقَبْرِ فَجَثَا عَلَيْهِ ، قَالَ : فَاسْتَقْـبَـلْتُهُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ لِأَنْظُرَ مَا يَصْنَعُ ، فَبَكَى حَتىَّ بَلَّ الثَّرَى مِنْ دُمُوْعِهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا قَالَ: أَيْ إِخْوَانِي ! لِمِثْلِ الْيَوْمِ فَأَعِدُّوْا

Ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam , tiba-tiba Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat sekelompok orang, maka beliau bertanya, ‘Untuk apa mereka berkumpul?’ Dikatakan kepada beliau, ‘Mereka berkumpul pada kuburan yang sedang mereka gali’. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terperanjat, lalu bergegas mendahului para sahabat sehingga sampai di kuburan, lalu beliau berlutut ke arah kuburan. Bara’ berkata, ‘Maka aku menghadap di depan Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk melihat apa yang akan beliau lakukan’. Kemudian beliau menangis sehingga tanah menjadi basah karena air mata beliau. Lalu Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menghadap kepada kami dan bersabda, “Wahai saudara-saudaraku! Bersiap-siaplah untuk yang sepertil hari ini!” (Silsilatush Shahihah, no. 1751).

Demikian juga Salafus Shalih, mereka mengingat kematian dan mengingatkan orang lain dengannya. Diriwayatkan bahwa Uwais al-Qarni rahimahullah berkata kepada penduduk Kufah, “Wahai penduduk Kufah, sesungguhnya ketika kamu tidur, kamu berbantalkan kematian. Oleh karena itu, jika kamu telah bangun, jadikanlah kematian itu selalu di hadapanmu.”

Ibadallah,

Mengingat kematian itu memiliki pengaruh besar dalam menyadarkan jiwa dari kelalaian. Kematian merupakan pelajaran terbesar. Seorang ahli zuhud ditanya, “Apakah pelajaran yang paling berpengaruh?” Dia menjawab, “Melihat tempat orang-orang yang mati”. Ahli zuhud yang lain mengatakan, “Orang yang tidak berhenti dari kemaksiatan dengan (nasehat) Alquran dan kematian, seandainya gunung-gunung bertabrakkan di hadapannya, dia juga tidak akan berhenti!”

Sungguh, ziarah kubur, menyaksikan jenazah, melihat orang sekarat, merenungkan sakaratul maut, merenungkan wajah mayit setelah matinya, akan mengekang jiwa dari berbagai kesenangannya serta akan mengusir kegembiraan hati.

Orang yang mempersiapkan diri menghadapi kematian, dia akan beramal dengan sungguh-sungguh dan memperpendek angan-angan.

Al-Lubaidi berkata, “Aku melihat Abu Ishaq rahimahullah di waktu hidupnya, selalu mengeluarkan secarik kertas dan membacanya. Ketika dia telah wafat, aku melihat kertas tersebut, ternyata tertulis padanya ‘Perbaguslah amalanmu, sesungguhnya ajalmu telah dekat!! Perbaguslah amalanmu, sesungguhnya ajalmu telah dekat!!!’.”

Saudara-saudaraku, sesungguhnya orang yang hidup dengan tetap mewaspadai akhir kehidupan, dia akan menjalani kehidupan dengan terus mempersiapkan diri. Sehingga ketika kematian menjelang, dia tidak menyesal atau kalau pun menyesal tapi tidak terlalu.

Oleh karena itu, diriwayatkan bahwa Syaqiq al-Balkha rahimahullah berkata, “Bersiaplah! Jika kematian mendatangimu, engkau tidak berteriak sekuat tenaga memohon kehidupan. Namun permohonanmu tidak akan dikabulkan”.

Dengan nasehat ini, mari kita membangunkan hati dari tidur, menghentikan jiwa dari bergelimang dalam kesesatan dan syahwat.

Dengan nasehat ini juga mari kita renungkan agar orang yang shalih bertambah keshalihannya dan orang yang lalai segera bangun sebelum menyesal atau sebelum kematiannya.

Kita telah melihat kehidupan ini berlalu dengan cepat, namun kebanyakan orang tidak menyadarinya. Ada yang lahir sementara yang lain meninggal. Rahim mengeluarkan bayinya, sementara bumi menelan mayit.

Saudara-saudaraku, kehidupan di dunia ini terbatas waktunya. Dia pasti akan berakhir. Orang-orang shalih akan mati, begitu juga orang-orang jahat. Orang-orang bertaqwa akan meninggal, begitu juga yang bergelimang dosa.

Para pahlawan dan mujahid, para penakut dan orang yang lari meninggalkan medan jihad, semua akan mati. Orang-orang mulia yang hidup untuk akhirat dan orang-orang tamak yang hidupnya hanya untuk kesenangan dunia, semuanya tak akan luput dari kematian.

Orang-orang yang memiliki cita-cita tinggi atau hidup hanya untuk syahwat kemaluan dan perut, semuanya pasti dicabut nyawanya.

Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ

Semua yang ada di bumi itu akan binasa.” (QS. ar-Rahman/55: 26).

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran/3:185).

Semua makhluk yang bernyawa akan mengalami kematian. Ia merupakan hakekat, namun kita selalu berusaha lari darinya. Kematian merupakan hakekat, yang bisa menjungkalkan:

  1. Keangkuhan orang-orang yang bersombong

  2. Penentangan orang-orang yang menyimpang

  3. Kezhaliman para thagut yang mengangkat dirinya sebagai tuhan yang harus ditaati.

Kematian merupakan hakekat yang akan dialami oleh semua yang bernyawa, bahkan para Nabi dan Rasul. Allah berfirman.

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَ ۖ أَفَإِنْ مِتَّ فَهُمُ الْخَالِدُونَ

Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad); Maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?” (QS. al-Anbiya’/21:34).

Kematian merupakan realita yang terdengar sepanjang zaman dan di setiap tempat. Dia terdengar di telinga, masuk ke pemikiran semua orang yang berakal dan mengetuk hati semua orang yang hidup. Dia membisikan bahwa semua orang akan mati, kecuali Dzat yang memiliki kemuliaan dan keperkasaan.

كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ

Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah.” (QS. Al-Qashshash/28:88).

أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ .

KHUTBAH KE II

الحمد لله رب العــالمين ناصرِ المؤمنـنين ومُخْزِى اْلكفرةِ والظالمين. و أشهد ان سـيدنا محمدا عبده ورسوله قائدُ المـتقين.

اللهم فصلّ وسلّم على سيّدنا محمّد افضَل الخلْقِ اجْمـعين. وعلى آله وصحبه والتـَّابِعين لهم بِاِحْسانٍ الى يوم الدِّيْن. اما بعد: فـيا عبادَ اللهِ اِتَّـقُوا الله وتَـمَسَّكُوا بِدِيـنه الْقويْمِ. واعلَمُوا انَّ اللهَ امركُمْ باْلاِعْـتِصامِ بِحَبْـلِهِ الْمَـتِينَ فَأَطِـيْعُوهُ. وَنَهاكُمْ عن التَّـفَرُّقِ فَاحْذَرُوْهُ.

اللهم وارض عن الخـلفَاء الراشدين الذين قَضَوا فى الحق وكانوا بـه يعدلون ابى بكر وعمر وعثمان وعلى وعن السـتة المـتمـمين للعشرة الكرام وعن سائر اصحاب نـبيك اجمعين وارحمهم برحمتك يا ارحم الراحمين.

اللهم اعز الإسلام والمسلمين وانصر الإسلام والمسلمين. واجعل كلمتك هي العُـلْيَ الى يوم الدين واخذل الكفرة والمشركين والملـحدين والمبتـدعين واصلِح مَن فى صلاحٌ لِلإِسلام والمسلمين وَامْدُدْ بِـنَصْرِك وَتوْفِـيْقِك وَحُسْنِ تَأبِيْدِكَ مُلُوْكَ ورُؤَساءَ الْمُسْـلِمِيْنَ وَجُنُوْدَ الْمُؤْمِـنِيْنَ.

اللهم اغفر لِلْمُؤْمِنِـيْنَ والمؤمـنات والمسلمين والْمُسْلِمات الأحـياءِ منهم والأموات اِنَّـكَ قريبٌ مجيب الدَّعواتِ. اللهم اجعل هذا البلد وسائرَ بِلادِ الْمسلمين آمِناً مُطْمَـئِناًّ ولا تسلُبْ نِعْمَتَك عنَّـا وكُنْ مَعَـنا حَيْثُ كُـنَّا. رَبَّـناَ لاَ تُزِغْ قُلُـوْبَـنَا بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَـنَا وَهَبْ لَـنَا مِنْ لَدُنْـكَ رحمة انك انت الوهَّابُ. ربـنا آتِـنَا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقـنا عذاب النـار.

عـباد الله، ان الله يأمركم بالعدل والاحسان وايـتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاءِ والمنكر والبغي يعدكم لعلكم تذكرون. فاذكروا الله العظيمَ يذكركم واشكرواه من فضله يُعْطِكم ولذكر اللهِ اكبر.

About Muhammad Taqiyyuddin Alawiy

- PENGASUH PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI'IYAH NURUL HUDA MERGOSONO KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG - Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang
This entry was posted in Kumpulan Khutbah and tagged . Bookmark the permalink.

Leave a Reply