Khutbah Idul Fithri 1435 H / 2014 M , BANGKIT DARI KETERPURUKAN

الله أكبر –9

الله أكبر كبيرا  والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة   واصيلا . لااله إلا الله وحده . صدق وعده.  ونصر عبده. وأعزجنده  وهزم الأحزاب وحده . لااله إلا الله  ولا نعبد إلا إياه مخلصين له الدين  ولو كره الكافرون .

الحمد لله , الحمد لله رب العلمين , والصلاة والسلام على المبعوث رحمة للعالمين, وعلى آله وصحبه حملة لواء الدين , وانجم الهداية للمقتدين والواصلين

اشهد أن لا اله إلا الله وحده لا شريك له الملك الحق المبين . واشهد أن محمد عبده ورسوله النور المبين والسراج المنيرخاتم النبيين.

اللهم صل وسلم على سيدنا محمد وعلى آله واصحبه وأزواجه وذرياته ومن تبعهم إلى يوم الدين .

أما بعد  : فيا إخوان الكرام  ,  اتقوا الله تعالى  فقد فاز المتقون.

قال الله تعالى في القران الكريم  : قد أفلح من تزكى وذكر اسم ربه فصلى . بل تؤثرون الحياة الدنيا والآخرة خير وأبقى .

إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا(1)لِيَغْفِرَ لَكَ اللَّهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ وَيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَيَهْدِيَكَ صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا(2)وَيَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْرًا عَزِيزًا(3)هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا(4

 
Allahu Akbar x3, Allahu Akbar x3, Allahu Akbar x3, Allahu Akbar Walillahil Hamd 

Ma’a-syiral Muslimin Rahimakumullah.

Gemuruh suara takbir, tahlil dan tahmid membahana sejak semalam hingga pagi ini di seluruh belahan bumi, menarik jiwa dan menggetarkan hati. Kalimat Thoyibah yang mengumandang dari semangat iman yang tumbuh kembali, karena selama setahun penuh seakan mati suri. Takbir yang membangkitkan perasaan terlelap dalam mimpi-mimpi kosong di siang bolong. Bagaikan air hujan yang membawa bibit kehidupan, hati yang mati suri itu segera bangkit kembali. Bibit-bibit kebaikan yang selama ini tertimbun bumi kini bersemi. Iman ditumbuhkan, semangat dibangkitkan, semua terjaga dari mimpi panjang. Sadar akan kesalahan, menyesal akan dosa-dosa yang telah dilakukan.

Alhamdulillah, di pagi ini, di masjid yang mulia ini, hati beriman itu telah siap menggerakkan kaki tangan kembali, meniti langkah mengisi lebaran baru. Siap menorehkan sejarah dengan karya dan cipta, menggoreskan catatan dalam lembaran yang dikosongkan, karena berkat Bulan Suci kesalahan dan kerak dosa mengeruhkan matahati, kini telah terhapuskan dan kembali disucikan.

Pagi ini tanggal 1 Syawal 1435 H. Orang beriman di seluruh belahan bumi sedang mencurahkan isi hati, dengan penuh haru dan tawadhu’ mengungkapkan rasa syukur atas karunia dan hidayah, mengumandangkan takbir untuk membesarkan Tuhannya, Tasbih untuk mensucikan-Nya, Tahmid untuk memuji-Nya. Haru karena kebesaran-Nya sulit digambarkan dalam perasaan, tawadhu’ karena merasa diri begitu kerdil di hadapan kebesaran-Nya. Dialah Allah yang Maha Agung, tiada tuhan yang layak disembah kecuali Dirinya. Bibir telah basah oleh kalimat dzikir, telinga menjadi bolong karena diberondong gema takbir. Jiwa bergetar, raga merana, persendian lemah lunglai, ketika hati sadar betapa Agung anugerah-Nya, betapa luas kasih sayang-Nya, namun juga betapa sedikit rasa syukur yang telah dipanjatkannya.

Di tengah gegap gempita membahana itu, ada suasana syahdu menusuk kalbu, menyadarkan diri pada hakikat penciptaan dan pemeliharaan: bahwa Dia Pencipta dan Pemelihara diri ini. Mulai keberadaannya, keadaannya bahkan sampai saat kembali tenggelam dalam perut bumi. Siang digerakkan, malam didiamkan, Alam semesta dalam kendali tangan-Nya, semua itu ternyata bentuk kasih tersembunyi. Jikalau sekiranya kesadaran suci ini terpelihara dalam hati, jikalau hamparan hati selalu tersinari hidayah Suci, tentu tidak akan ada lagi diantara kita jadi manusia bodoh, manusia sombong, bebal dan tak tahu malu di hadapan diri sendiri. Semua akan bangkit dari keterpurukan, berbenah untuk kembali menjadi makhluk yang paling dimuliakan, menggapai derajat yang disiapkan, menjadi kholifah bumi sebagaimana yang dijanjikan. Itulah suara suci, suara fitrah manusia yang hakiki. Suara itu pagi ini kembali diperdengarkan melalui takbir panjang meski terkadang sering terlupakan walau sedang dalam bertakbir saat bersembahyang. Itu bisa terjadi, karena kesalahan-kesalahan, dosa-dosa dan nafsu rendah sering kali terabaikan oleh kesibukan hingga kurang adanya pembenahan, akibatnya gairah iman jadi lemah, suaranya hanya sayup-sayup seakan terdengar dari kejauhan, kadang muncul dan kadang menghilang ditelan alam. Suara itulah yang kini kembali dikumandangkan di hari kemenangan, membangkitkan jiwa mati, saat Idul Fitri,

Allahu Akbar ,Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd.

 Apabila seruan suci itu tidak hanya dikumandang di bibir saja, tapi juga mampu ditancapkan dalam jiwa dan sanubari maka segera hilanglah segala keraguan hati, lenyaplah segala kesyirikan jiwa, hilanglah segala ketergantungan hati orang beriman kepada unsur-unsur selain Allah. Tiada tempat bergantung, tiada tempat menitipkan harapan, tiada tempat mengadu, tiada tempat bermunajat, tiada tempat mewakilkan segala urusan, tiada tempat mengabdi dan berbakti kecuali hanya kepada Rabbul Izzah yang telah memberi kehidupan.

Allahu Akbar x3, Allhu Akbar Walillahil Hamd 

Ma’a-syiral Muslimin Rahimakumullah.

Suatu saat Allah Swt. berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan khalifah di muka bumi” dan para malaikat bertanya: “Mengapa Engkau hendak menjadikan seorang khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau?” Allah Swt. menjawab: Sesungguh­nya Aku mengetahui apa yang  tidak kamu ketahui”. (QS. al-Baqarah; 2/30)

Atas pertanyaan Maliakat itu, sejak itu juga Allah Swt. telah membuktikan kebenaran firman-Nya, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”, Allah Swt. banyak memberi kemudahan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Diantara manusia yang dicap buruk oleh Malaikat itu, ada manusia yang dipilih dan dikehendaki-Nya dijadikan khalifah-khalifah-Nya di muka bumi. Sehingga sejarah mencatat, dari kalangan umat terdahulu sebelum terutusnya Baginda Rasul Muhammad Saw, ada golongan manusia yang mendapat kesempatan hidup usia panjang, tidak hanya itu, mereka juga diberi kekuatan beribadah yang super prima.

Suatu saat Rasul Saw menceritakan keadaan mereka kepada para sahabat, yakni ada empat manusia pilihan yang beribadah selama 80 tahun tanpa berhenti dan tanpa sedikitpun berbuat maksiat di dalamnya. Di antaranya, Nabi Ayub, Nabi Zakaria dan lain-lainnya (Alaihim ash-shalatu was salam), mereka itu dari kalangan Kaum Bani Israil yang utamaPara sahabat menjadi kagum mendengarnya, kekaguman bumi yang sempat menggetarkan langit hingga malaikat Jibril As. diturunkan untuk menjawab. Malaikat Jibril As. berkata: “Wahai Muhammad, apakah engkau dan sahabatmu kagum kepada mereka, karena mereka telah beribadah selama 80 tahun tanpa pernah berbuat maksiat? Padahal Allah telah menurunkan kepadamu suatu malam yang lebih baik dari itu“. Kemudian malaikat Jibril As. membacakan sebuah surat dari firman-Nya yang agung:

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5

Malaikat Jibril As. berkata: “Malam itu lebih utama bagimu dibandingkan apa yang engkau kagumi bersama sahabatmu itu”. Baginda Nabi Saw. bergembira dengan berita tersebut, sampai-sampai diriwayatkan para Sahabat Ra. tidak pernah merasa bergembira dengan sesuatu dibandingkan kegembiraan mereka saat itu, atas diturunkan Firman Allah tersebut, “Khairum Min Alfi Syahrin”.

Ma’a-syiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.

Bulan Ramadhan adalah bulan yang sangat dimuliakan, bulan penuh berkah, di mana nilai kebaikan dan pahala amal orang beriman dilipatgandakan. Ibadah sunah sama nilainya dengan ibadah wajib, ibadah wajib dilipatgandakan pahalanya sampai tujuh puluh lipat, bahkan tanpa hitungan. Bulan di mana pada siang harinya kaum mukminin diwajibkan berpuasa dan malamnya dianjurkan memperbanyak ibadah sunah dan ibadah tambahan, seperti shalat tarawih, tadarus dan lain-lainnya.

Bulan di mana awalnya rahmat, pertengahannya pengampunan dan akhirnya kebebasan dari neraka. Bulan di mana salah satu malamnya adalah malam Lailatul Qadr. Bulan di mana apabila ada seseorang menyambut kedatangan­nya dengan hati senang, jasadnya diharam­kan masuk neraka. Bulan di mana iman di hati seorang hamba ditumbuhkan bagai rumput di musim penghujan. Supaya akarnya tumbuh mengakar di bumi dan pucuk daun dan rantingnya menjulang tinggi menggapai bintang hingga buahnya dapat dipetik dan dimakan setiap hari. Bulan di mana cinta kasih bersemi di dalam hati sehingga iman di dalam dada bertumbuh kembang, hati menjadi lapang bagai padang rumput yang menghijau di musim penghujan, maka pelaksanaan shadaqah dimudahkan dan pertolongan gampang dilakukan.

Di bulan suci itu al-Qur’an al-Karim diturun­kan, sebagai rahmat bagi alam semesta juga sebagai petunjuk bagi umat manusia, sekaligus sebagai al-Furqon (pembeda). Allah I telah menyatakan dengan firman-Nya:

 شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

“Bulan Ramadan yang di dalamnya diturunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil)”. (QS al-Baqoroh; 2/185)

Allahu Akbar x3, Allhu Akbar Walillahil Hamd 

Ma’a-syiral Muslimi-n Rahimakumulla-h.

Sepuluh hari pertama bulan Ramadhan merupakan hari penuh rahmat. Hati beriman lebih difasilitasi dalam kebajikan dan pengabdian, karena di bulan itu Allah mengucurkan Inayah Azaliah dan menggelontorkan Hidayah Robbaniyyah. Hati manusia yang sebelum Ramadhan terkadang tenggelam dalam kelalaian dan bahkan sibuk dalam kemungkaran, larut dalam kebencian dan kemunafikan, sejak tanggal 1 Ramadhan bagai dibangunkan dari tidur panjang. Di bulan suci itu manusia serentak menyongsong kebajikan, seperti laron-laron mencari kehidupan, menyerbu pelita di malam kelam. Masjid dan surau menjadi hidup bagai pasar malam. Ayat suci dilantunkan bahkan hingga tengah malam, karena saat itu pelita di dalam misykat yang tersimpan, apinya telah dinyalakan. Itulah pelita Ramadhan yang letaknya berada di relung dada hamba yang beriman, ketika sumbunya dinyalakan maka bumi persada menjadi terang benderang.

Sepuluh hari berikutnya, hasil jerih payah yang sudah dilakukan, buahnya telah menerbitkan ampunan. Itulah buah Ramadhan yang kedua, ketika panggilan telah diindahkan dan hidangan yang tersaji dalam kebun surga telah disegerakan, maka kegersangan dan kehausan hati menjelma menjadi kesejukan.

Ketika kerak dosa telah dirontokkan dan tabir penutup telah dibukakan, maka yang asalnya buram menjadi cemerlang dan kebiasaan buruk berganti kebajikan, itulah tahap ketiga Ramadhan yang dijanjikan. Terlebih ketika Lailatul Qadr telah didapatkan, maka hati yang kotor dan najis telah dibersihkan dan disucikan sehingga karakter hina manusiawi diangkat dan dimuliakan.

Ketika budak-budak nafsu telah dimerdekakan dari belenggu zaman, setelah sebulan penuh digodok mendalam di dalam kawah candradimuka yang diadakan tahunan, hingga penyakit pembawaan yang melekat di dalam rongga dada telah dilarutkan, maka hati siap menjadi sumber kebajikan, karena telah dijauhkan dari penyakit yang jadi penyebab terbitnya kemungkaran, sehingga diselamatkan dari kobaran api neraka yang membakar. Itulah buah Ramadhan tahap ketiga yang di janjikan. Selanjutnya si pungguk yang selama ini merana merindukan bulan kini telah mendapatkan apa yang diharapkan.

Allah Swt. yang menolong kepada agama-Nya, Allah yang memuliakan para Auliya’-Nya dan menolong mereka, sejak zaman azali sampai zaman kejadian. “Bukan kalian yang menghendaki kecuali apabila Allah yang menghendaki, Tuhan semesta alam” (QS. 81/29). Bukan manusia yang mengadakan Ramadhan, bukan manusia yang merencana­kannya, bukan manusia yang mendatangkan, akan tetapi Allah dengan segala Keagungan-Nya sedang “punya kerja”.

Orang beriman diundang menghadiri perhelatan alam. Puasa, tarawih, tadarus dan shadaqah serta ibadah-ibadah lain adalah jamuan yang disiapkan. Setiap tamu boleh bebas sesuka hati menyantap hidangan. Semampu jiwa menikmati yang disuguhkan. Siapa menghabiskan banyak akan mendapatkan banyak pula pahala yang dijanjikan, bahkan ditawarkan bonus malam seribu bulan dan tiket kebebasan dari neraka jahanam.

Ma’a-syiral Muslimin Rahimakumullah.

Nyatalah sekarang, terbukti Allah Maha mengetahui terhadap hal yang ghaib yang tidak diketahui meski oleh Malaikat sekedar untuk mencatat, apalagi setan jin untuk mengganggu dan mengacaukan rencana. Dari golongan manusia yang dicap buruk oleh Malaikat itu ternyata ada yang dijadikan mutiara zaman, ada yang dijadikan para kholifah-Nya di muka bumi. Ada yang diangkat menjadi kekasih-Nya meski sebelum itu hamba tersebut terkadang ada yang lama terjerembab dalam kubangan lumpur dosa dan kesalahan. Yang demikian itu sedikitpun tidak sulit bagi-Nya. Ketika Allah berkehendak berbuat baik kepada hamba pilihan-Nya, maka keburukannya segera dihapuskan dan diganti dengan kebaikan hakiki, dengan ditandai taubatan nasuhah secara istiqomah dan tuma’ninah yang mampu menjelma menjadi karakter dan kebiasaan sehari-hari sebagai ganti dari keburukan yang digeluti selama ini.

Seandainya Allah tidak mengadakan Ramadhan, seandainya tidak ada puasa dan tarawih serta tadarus sepanjang masa, seandainya tidak ada zakat fitrah dan shadaqah, sehingga tidak ada malam Qadr, apalah jadinya ? Barangkali Agama Islam hanya tinggal nama saja, tinggal ilmu pengetahuan dan hukum–hukum saja tanpa ada yang mentaati dan menjalaninya, atau bahkan tinggal peninggalan sejarah dan tapak tilas perjalanan para pengikutnya yang segera dilupakan dari ingatan hingga tidak ada lagi manusia yang mampu menjalani syari’at Islam dengan benar. Dengan Ramadhan itu Allah berkehendak mendidik dan mentarbiyah hamba-hamba-Nya yang beriman, mengadakan sarana latihan selama satu bulan penuh, supaya orang beriman menjadi orang bertakwa, supaya menjadi orang mulia. Secara individu supaya menjadi kuat, baik jasmani maupun ruhani dan secara komunitas supaya mampu menciptakan syi’ar Islamiyah sebagai tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah sepanjang zaman.

Allahu Akbar x3, Allhu Akbar Walillahil Hamd 

Ma’a-syiral Muslimin Rahimakumullah.

Suka tidak suka bulan mulia itu kini telah meninggalkan kita. Hari ini satu Syawal, hari kemenangan bagi orang yang telah mengisi kesempatan emas tersebut dengan amal bakti dan pengabdian, namun hari kecelakaan bagi orang yang sengaja mengabaikan dan menyia-nyiakan. Orang beriman telah Idul Fithri, kembali kepada fithrahnya. Mereka yang beroleh kemenangan itu boleh berbangga hati, melahirkan rasa syukur tiada henti bahwa dirinya telah mendapatkan hidayah dan inayah dari Rabbul Izzah, sehingga hari ini yang asalnya kotor menjadi bersih, yang asalnya najis menjadi suci. Sejak semalaman hari kemenangan itu mereka rayakan, menyuarakan takbir tahmid dan tahlil, melahirkan rasa syukur atas karunia yang tiada terhingga. Allahu Akbar 3x Walillahil Hamd.

 

Ma’a-syiral Muslimin Rahimakumullah.

Sekarang kita boleh bertanya kepada diri sendiri, kepada hati yang paling suci yang kita miliki. Apakah kita termasuk dalam golongan mereka ?? dalam golongan orang-orang yang telah kembali kepada fithrahnya. Keburukan kita telah diganti menjadi kebaikan hingga rongga dada kita jadi lapang? Iman takwa kita menjadi semakin kuat hingga kita lebih rajin dalam ketaatan?. Hati kita jadi semakin lapang karena dipenuhi rasa kasih kepada sesama hingga tangan kita mudah menolong orang ? kalau belum, kalau kita tidak termasuk dari bagian mereka, maka berarti kita adalah orang yang paling merugi. Bahkan bukan hanya merugi saja, tapi juga telah menyia-nyiakan usia emas kita, menyia-nyiakan kesempatan yang terbentang luas untuk menjadikan diri kita jadi orang baik, menjadi penghuni surga.

Jika ternyata kita tidak termasuk mereka, tanda-tandanya, hati kita belum lentur karena masih dipenuhi cinta dunia dan dendam kepada sesama, hati kita masih malas mengerjakan kebajikan dan kikir terhadap kebaikan, iri dengki hasud masih menghiasi perilaku dan perbuatan, tidak peduli kepada lingkungan meski melihat orang sedang kelaparan. Apa kemudian yang akan kita lakukan? Apakah kita hanya berpangku tangan saja, tenggelam dalam penyesalan dan duka yang tiada guna dan kemanfaatan? Tidak kawan !! kita tetap harus bangkit dari keterpurukan, memperbaiki diri guna menyongsong masa depan, bahkan sejak sekarang, kita harus menyingsingkan lengan baju untuk mengejar harapan, membangun masa depan yang lebih cemerlang, karena kesempatan masih terbentang, kapan saja dan di mana saja kebajikan masih bisa dilakukan, asal hati jangan putus harapan di tengah jalan.

قال الله تعالى وبقوله يهتدي المهتدون . وإذا قرء القرآن فاستمعوا له وأنصتوا لعلكم ترحمون :   لقد خلقنا الإنسان في أحسن تقويم . ثم رددناه أسفل سافلين . إلا الذين آمنوا وعملوا الصالحات فلهم أجر غير ممنون

بارك الله لي ولكم في القرآن العظيم . ونفعني وأياكم بما فيه من الأيات والذكر الحكيم . وتقبل مني ومنكم تلاوته إنه هو السميع العليم  . وقل رب اغفر وارحم وأنت حير الراحمين

KHUTBAH KEDUA:

اللهُ اَكْبَرْ (3×) اللهُ اَكْبَرْ (4×) اللهُ اَكْبَرْ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصْيْلاً لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَ اللهُ اَكْبَرْ اللهُ اَكْبَرْ وَللهِ اْلحَمْدُ

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

KH. LUTHFI GHOZALI-PP AL FITRAH _Sumurrejo, Gunungpati, Semarang

About Muhammad Taqiyyuddin Alawiy

- PENGASUH PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI'IYAH NURUL HUDA MERGOSONO KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG - Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang
This entry was posted in Khutbah-Hari Raya and tagged . Bookmark the permalink.

Leave a Reply