KELALAIAN MANUSIA DISEBABKAN DUNIA

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ”.

“يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُواْ رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيراً وَنِسَاء وَاتَّقُواْ اللّهَ الَّذِي تَسَاءلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيباً”.

“يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً . يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعْ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً”

أما بعد

Jamaah Jumat rahimakumullah

Mari kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya, yaitu mengamalkan apa yang diperintahkan oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi apa yang dilarang oleh-Nya dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudia keluarga, sahabat-sahabatnya, serta pengikutnya sampai akhir zaman.

Jamaah Jumat rahimani wa rahimakumullah

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

اقْتَرَبَ لِلنَّاسِ حِسَابُهُمْ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ مُّعْرِضُونَ

Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling. (QS. Al Anbiyaa’: 1)

Siapa saja yang memperhatikan keadaan manusia sekarang ini, niscaya akan menemukan kesamaan keadaan mereka dengan ayat di atas. Anda akan melihat mereka lalai terhadap akhirat, lalai terhadap kewajiban agama, lalai terhadap fitrah mereka yang sesungguhnya mereka diciptakan untuk beribadah kepada-Nya.

Mereka rela memeras pikiran dan tenaganya demi mendapatkan dunia dan perhiasannya, namun untuk agama terasa berat memerasnya. Yang lebih menyedihkan lagi adalah mereka mau mengerjakan kewajiban agama jika ujung-ujungnya mereka mendapatkan dunia –‘iyaadzan billah-. Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ وَعَبْدُ الدِّرْهَمِ وَعَبْدُ الْخَمِيصَةِ إِنْ أُعْطِيَ رَضِيَ وَإِنْ لَمْ يُعْطَ سَخِطَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ وَإِذَا شِيكَ فَلَا انْتَقَشَ

Celaka hamba dinar, hamba dirham dan hamba khamiishah (pakaian mewah). Jika diberi ia senang, jika tidak ia marah, celakalah ia dan tersungkurlah, kalau terkena duri semoga tidak tercabut.” (HR. Bukhari)

Semua aktifitas mereka didasari karena dunia, mereka cinta kepada seseorang karena dunia meskipun orang yang dicintainya adalah orang kafir, benci pun karena dunia meskipun orang yang dibencinya adalah orang mukmin, bertengkar karena dunia, bahkan karena dunia mereka meninggalkan perintah Rabb mereka…

Jamaah sekalian yang saya hormati

Perhatikanlah! Karena urusan dunia mereka rela meninggalkan shalat berjamaah, karena permainan mereka rela mengorbankan harta dan tenaga adapun untuk berinfak dan bersedekah berat sekali melakukannya, karena urusan dunia mereka rela meninggalkan shalat, karena kepentingan dunia mereka rela bermaksiat, karena kenikmatan yang rendah inikah mereka rela meninggalkan perintah Rabb mereka yang telah mengaruniakan bermacam-macam nikmat?

Sampai kapankah kelalaian ini berakhir?

Untuk rapat ada waktu, untuk permainan ada waktu, untuk bisnis ada waktu, untuk jalan-jalan ada waktu, untuk semuanya ada waktu namun untuk membaca Alquran, menghadiri majlis ilmu syar’i, shalat berjamaah, mengerjakan kewajiban agama, dan menambah dengan amalan sunat; maaf “TIDAK ADA WAKTU”.

Sampai kapan kelalaian ini berakhir?

Banyak di antara mereka yang pandai dan cerdas terhadap masalah dunia, namun tidak pandai dalam masalah akhirat, ia sama sekali tidak memikirkan apa yang bermanfaat buat akhiratnya,

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِّنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ اْلأَخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (QS. Ar Ruum: 7)

Penyair mengatakan,

يَا مُتْعِبَ الْجِسْمِ كَمْ تَسْعَى لِرَاحَتـِهِ

أَقْبِلْ عَلَى الرُّوْحِ وَاْستَكْمِلْ فَضَائِلَهَا

أَتْعَبْتَ جِسْمَكَ فِيْمَا فِيْهِ خُسْــرَانٌ

فَأَنْتَ بِالرُّوْحِ لَا بِالْجِسْمِ إِنْسَــانٌ

Wahai kamu yang memeras tenaga, berapa banyak tenaga yang kamu keluarkan,

Sudah, beralihlah memperbaiki rohani anda dan kejarlah keutamaan,

Apakah kamu akan tetap terus memeras tenaga untuk hal yang ada kerugian di dalamnya,

Karena kamu sebagai manusia karena ruh, bukan badan.

Alangkah semangatnya mereka mengejar harta dan dunia, namun alangkah beratnya mereka melangkahkan kakinya memenuhi panggilan Tuhannya.

Kita semua tidak mengingkari seseorang mengejar dunia, namun yang jadi masalah adalah jika berlebihan sampai tidak menyisakan waktu untuk akhirat. Begitulah kenyataannya.

Waktunya berlalu begitu saja tanpa faedah, bahkan penuh terisi dengan maksiat dan meninggalkan perintah,

يَاأَيُّهَا اْلإِنسَانُ مَاغَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ {6} الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ {7

Wahai manusia! Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah.–Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, (QS. Al Infithaar: 6-7)

Ia mengira perbuatannya itu mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan, padahal sebenarnya mendatangkan kesengsaraan sadar atau tidak sadar,

وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِى فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam Keadaan buta” (QS. Thaha: 124)

Kepada mereka ditujukan perkataan penyair yang bijak,

نَهَارُكَ يَا مَغْرُوْرٌ سَهْوٌ وَغَفْـلَةٌ

وَشُغْلُكَ فِبْمَا سَوْفَ تَكْرَهُ غِبَّهُ

وَلَيْـلُكَ نَوْمٌ وَالرَّدَى لَكَ لاَزِمٌ

كَذَلِكَ فِي الدُّنْيَا تَعِيْشُ الْبَهَائِمُ

Siangmu wahai orang yang lalai adalah lupa dan tidak sadar.

Sibukmu hanya untuk hal-hal yang kelak kamu akan menyesali akibatnya,

Malammu tidur, sudah layak kerugian menimpamu,

Seperti itulah binatang hidup di dunia.

Dosa di matanya ibarat lalat menempel di hidung, ia lupa dan lalai kepada siapa sebenarnya ia berbuat maksiat.

Di pagi dan siang hari dosa-dosa dijalaninya dari mulai dosa kecil hingga dosa besar.

Ghibah (gosip), namimah (adu domba), dusta, menuduh orang lain menjadi hal yang biasa. Khianat, mengambil harta orang lain tanpa kerelaannya, menyakiti tetangga, memutuskan tali silaturrahim, bermusuhan menjadi bagian hidupnya. Sombong, ‘ujub (bangga diri), hasad dan ghisy (menipu orang) menjadi akhlaknya.

Mengumbar aurat bagi wanita dan memakai wewangian yang menarik perhatian laki-laki baginya ketika keluar rumah dan bertemu dengan ajnabi sudah biasa. Memakai sutera dan perhiasan emas bagi laki-laki. Dosa kecil dan besar dilaluinya seakan-akan tidak pernah terlintas di hatinya sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dosa kecil,

إِيَّاكُمْ وَمُحَقِّرَاتِ الذُّنُوْبِ فَإِنَّهُنَّ إِذَا يَجْتَمِعْنَ عَلىَ الرَّجُلِ حَتًَّى يُهْلِكَنَّهُ

“Jauhilah dosa-dosa yang dianggap kecil, karena sesungguhnya dosa-dosa itu apabila berkumpul pada seorang hamba maka akan membinasakannya.” (HR. Ahmad)

Padahal,

لاَصَغِيْرَةَ مَعَ اْلِاسْتِمْرَارِ وَلاَ  كَبِيْرَةَ مَعَ اْلاِسْتِغْفَارِ

“Tidak ada dosa kecil apabila dilakukan terus menerus, dan tidak ada dosa besar apabila diiringi istighfar.”

Dan seakan tidak pernah terlintas di hatinya sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang dosa besar bahwa ia (dosa besar) dapat membinasakan dunia-akhirat (muubiqaat) yang di antaranya,

اجْتَنِبُوا السَّبْعَ الْمُوبِقَاتِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا هُنَّ قَالَ الشِّرْكُ بِاللَّهِ وَالسِّحْرُ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيمِ وَالتَّوَلِّي يَوْمَ الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْمُؤْمِنَاتِ الْغَافِلَاتِ

Jauhilah oleh kalian tujuh dosa yang membinasakan”, para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apa saja itu ?” Beliau menjawab, “Syirk kepada Allah, melakukan sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah untuk dibunuh kecuali dengan alasan yang benar, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari peperangan dan menuduh zina kepada wanita mukminah yang baik-baik lagi tidak tahu-menahu.” (HR. Bukhari)

Ia tidak lagi sempat bertanya kepada dirinya “Apa akibat dari tindakannya itu?” “Apa yang akan terjadi setelah puas mengerjakan perbuatan itu?”

Apakah mereka masih saja lalai terhadap kematian? Apakah mereka masih saja lalai terhadap hisab, apakah mereka masih saja lalai terhadap kubur? Apakah mereka masih saja lalai terhadap neraka dan apakah mereka masih saja lalai terhadap azab cepat atau lambat?

Relakah mereka menanggung azab yang pedih hanya karena ingin mendapatkan kesenangan yang sesaat?

Sampai kapan kelalaian ini berakhir?

Allah berfirman dalam QS. Hijr: 3

ذَرْهُمْ يَأْكُلُوا وَيَتَمَتَّعُوا وَيُلْهِهِمُ الأمَلُ فَسَوْفَ يَعْلَمُونَ (٣)

Biarkanlah mereka (di dunia ini) makan dan bersenang-senang dan dilalaikan oleh angan-angan (kosong), maka kelak mereka akan mengetahui (akibat perbuatan mereka) (QS. Al Hijr: 3).

Yakni biarkan saja mereka menikmati hidupnya seperti halnya binatang, yang diurusnya hanya makan, minum dan kesenangan semata, kelak mereka akan mengetahui dan menyesali perbuatannya.

Pernahkah terlintas di hatinya bahwa dunia hanya sementara dan hidupnya di dunia merupakan ujian baginya; apakah ia mampu melaksanakan kewajiban agama yang diembankannya atau tidak?

أَمـَا وَاللهِ لَوْ عَلِمَ اْلأَنَامُ   # لِمـَا خُلِقُوْا لَمَا غَفَلُوْا وَنَامُوْا

لَقَدْ خُلِقُوْا لِمَا لَوْ أَبْصَرْتَهُ # مَمَاتٌ ثُمَّ قَـبْرٌثُمَّ حَشْـٌر

عُيُوْنُ قُلُوْبِهِمْ تاَهُوْا وَهَامُوْا  # وَتَوْبِيْخٌ وَأَهْـوَالٌ عِظَـامٌ

Demi Allah, kalau sekiranya orang tahu

Untuk apa mereka diciptakan, tentu mereka tidak lalai dan lelap tidur

Kamu akan lihat di depannya

Maut, kubur dan padang mahsyar,

Hati mereka bingung tidak tahu arah,

Ada celaan dan peristiwa yang menegangkan.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

About Muhammad Taqiyyuddin Alawiy

- PENGASUH PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI'IYAH NURUL HUDA MERGOSONO KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG - Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang
This entry was posted in Kumpulan Khutbah. Bookmark the permalink.

Leave a Reply