HASAD TERHADAP HARTA DAN ILMU

ألحمد لله عَلاَّمِ الغُيوبِ المُطَّلِعِ على سرائر القلوبِ المُتجاوِزِ عن كبائرِ الذُنوبِ البصيرِ بسرائر النِّـيَّاتِ وخفايا الطَّوِيَّاتِ فإنه المُنفرِدُ بالمَلَكُوتِ اشهد أن لااله الله وحده لاشريك له وأشهد أن محمدا عبْدُهُ ورسوله اللهم صل وسلِّم على سيدنا محمد طِبِّ الْقلوبِ وعلى آله وأصحابه المُبَرِّئِيْنَ من الخيانة والحسودِ أما بعد فيا عباد الله معاشر المسلمين رحمكم الله أوصيكم ونفسي بتقوى الله إتقوا الله إتقوا الله معاشر المسلمين رحمكم الله

Pada kesempatan yang sangat baik ini, marilah kita bersama terus menerus memperbaiki dan mengaktualkan taqwa kepada Allah swt. agar kita selalu mendapatkan rahmat dan bimbinganNya. Saat ini kita sedang berada di hari yang dimuliakan oleh Allah (hari Jum’at), dan kalau kita meneladani apa yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. maka momentum ini merupakan saat kita memperbanyak dan meningkatkan amal ibadah. Di tengah-tengah kita sedang memiliki semangat tinggi dan giat beribadah seperti sekarang ini, patutlah kita memperhatikan kembali peringatan Rasulullah saw. tentang adanya penyakit-penyakit hati yang dapat merusak dan menghanguskan amal shaleh. Diantara hal yang dapat menghanguskan amal itu ialah sifat dengki/iri hati (hasad). Sifat Hasad ini didefinisikan oleh para ‘Ulama’ sebagai “‘rasa benci (tidak senang) atas kenikmatan yang diterima oleh orang lain dan berharap hilangnya nikmat itu dari orang tersebut”, Sifat hasud inilah yang pernah diperingatkan oleh Rasulullah dalam hadisnya yg diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan sahabat Abu Hurairah:

إياكم والحسدَ فإن الحسدَ يأكُلُ الحسنات كما تأكُلُ النارُ الحطبَ

Jauhilah sifat hasad, karena sesungguhnya hasad itu dapat menghanguskan amal kebaikan seperti api menghanguskan kayu bakar yang kering

Berdasarkan peringatan Rasulullah tersebut, kita dapat memahami bahwa berapapun banyaknya amal ibadah seseorang kalau di dalam hatinya masih terdapat sifat hasad/ dengki, maka hanguslah seluruh nilai ibadahnya tanpa bekas (na ‘udzu billah) Oleh sebab itu patutlah kita secara sungguh-sungguh berusaha menghindari sifat hasad ini dan membersihkan hati kita dan segala macam kotoran yang dapat merusak nilai ibadah kita, sehingga jerih payah kita dalam memperbanyak ibadah selama ini tidaklah sia-sia. Alangkah menyesal dan kecewanya kita kalau seluruh amal ibadah yang telah kita lakukan dengan susah payah ternyata tidak diakui oleh Allah hanya gara-gara masih adanya sifat hasad itu di dalam hati kita.

معاشر المسلمين رحمكم الله
Sungguhpun sifat hasad ini demikian besar bahayanya, dan merupakan dosa besar yang harus dihindari dan terlarang, namun ada makna lain dari hasad ini seperti yang disampaikan oleh imam AI Ghozali, bahwa hasad itu dapat pula berarti “adanya keinginan untuk mendapatkan sesuatu (nikmat) seperti yang diperoleh orang lain, tanpa berharap hilangnya nikmat ini dari orang lain tersebut” , Definisi ini kemudian disebut sebagai Ghibthah (غبطة ). Pengertian hasad seperti makna yang ke dua ini ternyata dibolehkan dalam syari’at Islam, tetapi khusus hanya dalam dua hal yaitu: 1. harta yang digunakan untuk kebaikan (bekal ibadah), dan 2. ilmu yang bermanfaat dan diamalkan. Hal ini pernah disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari & Muslim dari sahabat Abdullah bin ‘Umar

Tidak boleh ada rasa iri kecuali hanya dalam dua hal, yaitu : orang yang diberi harta banyak oleh Allah, kemudian dia menghabiskan hartanya di jalan yang benar (sesuai dengan petunjuk aturan Allah), dan orang yang diberi ilmu oleh Allah, maka dia dapat mengamalkan ilmunya dan mengajarkan ilmunya kepada orang lain.

معاشر المسلمين رحمكم الله
Pada kenyataannya, orang yang memiliki banyak harta, memang akan memiliki lebih banyak kesempalan untuk beribadah dan beramal kebajikan sesuai dengan tuntunan: Allah dan RasulNya misalnya, dia dengan mudah dapat melaksanakan ibadah haji dan umrah, i’tikaf di masjidil Haram, shalat di masjid Nabawi, berdo’a di Raudlah, dan ibadah-ibadah utama lainnya di tempat-tempat istimewa tersebut. dan kita semua tahu bahwa untuk mengunjungi tempat-tempat itu dari negeri kita ini tentulah diperlukan biaya dan bekal yang cukup banyak. Juga kalau ada saudara/tetangga/teman yang sedang kesulitan, maka dia dengan mudah akan dapat membantu dan memberikan pertolongan. Dia juga dapat bershodaqoh dalam jumlah yang banyak, sehingga lebih banyak orang yang terbantu dengan shodaqohnya. Dengan demikian yang patut kita iri dari orang kaya itu bukan sekedar banyaknya harta, tetapi banyaknya ibadah dan amal shaleh yang dapat mereka lakukan karena didukung oleh harta kekayaannya. Oleh sebab itu melalui mimbar yang mulia ini, pada saat yang mulia ini, serta di hari mulia ini, marilah kita memohon kepada Allah swt. semoga dimudahkan dan diluaskan rizqi yang halal bagi kita, sehingga lebih banyak lagi ibadah yang dapat kita lakukan dengan bekal rizqi itu. amiin yaa robbal ‘alamiin .
Kemudian kita juga boleh iri kepada orang yg berilmu dan dapat mengamalkan ilmunya, karena orang yang berilmu akan senantiasa terbimbing orientasi dan arah hidupnya. Tutur kata, sikap dan perilakunya akan selalu terarah ke jalan yang diridloi oleh Allah. Dia juga dapat mengajarkan ilmunya itu kepada orang lain, sehingga dia akan menjadi rujukan orang untuk bertanya, dan membimbing orang lain ke jalan yang benar. Di manapun dia berada akan selalu menebar maslahat dan membawa manfaat bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Demikianlah keunggulan orang yang diberi banyak harta dan ilmu dibanding orang yang sedikit harta dan ilmunya.

معاشر المسلمين رحمكم الله

Berdasarkan hadits yang baru kami sampaikan tadi, dapat diambil satu pemahaman bahwa sebagai ummat Islam kita harus memiliki sikap yang selalu dinamis dan progresif, selalu memiliki keinginan untuk lebih maju dan lebih baik dalam mendapatkan harta & ilmu ini.
Memang di dalam masalah harta/materi duniawi kita dianjurkan untuk dapat bersikap Qona’ah (menerima berapapun yg diberikan oleh Allah kepada kita), namun makna qona’ah ini bukan berarti pasrah pada nasib dan bersifat pasif. Qona’ah lebih ditekankan untuk dapat mensyukuri serta mempergunakan secara benar apapun dan berapapun rizqi yang diberikan oleh Allah swt. kepada kita semua. Kita sadar betul bahwa sangat banyak kewajiban-kewajiban yang harus kita tunaikan, baik kewajiban spiritual maupun kewajiban sosial yang semuanya itu memerlukan dukungan harta yang memadai. Oleh sebab itu kita harus selalu memiliki semangat dan motivasi yang tinggi untuk bekerja dan berprofesi secara halal agar dapat memperoleh harta yang cukup/banyak sebagai bekal ibadah kepada Allah swt.

Selanjutnya di dalam masalah ilmu, kita dianjurkan untuk selalu melihat orang lain yang ilmunya lebih banyak dari kita, agar terdorong untuk meniru dan tetap memiliki semangat belajar tinggi. Bahkan Rasulullah saw. menganjurkan kepada semua ummatnya agar selalu belajar/mencari ilmu sejak digendongan ibu sampai masuk liang kubur/meninggal. Hal ini berarti bahwa mencari ilmu itu tidak dibatasi oleh waktu/umur, di manapun kita berada dan berapapun umur kita serta berapapun banyaknya ilmu yang telah kita kuasai, kita tetap diwajibkan untuk terus mencari dan menambah ilmu. Orang-orang barat menyebutnya Long life education (pendidikan seumur hidup).

معاشر المسلمين رحمكم الله
Berkaitan dengan harta dan ilmu ini marilah kita perhatikan sabda Rasulullah saw. yang diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan Tirmidzi dari sahabat Abi Kabsyah :

مثَل هذه الأمة مِثْلُ اربعةِ رجل : رجل أتاه اللهُ مالاً وعلماً فهو يعمل بعلمه فى ماله، ورجل أتاه اللهُ علماً ولم يؤته مالاً فيقول ربِّ لو أنَّ لى مالا مثل مال فلانٍ لكنت أعملُ فيه بمثل عمله فهما فى الأجر سواءٌ ورجل أتاه اللهُ مالا ولم يؤتِه علما فهو يُنْفِقُه فى معاصى الله ورجل لم يؤته علما ولم يؤته مالا فيقول لو أنَّ لى مالا مثل مال فلان لكنت أُنْفِقُهُ فى مثل ما أَنْفَقَه فيه من المعاصى فهما فى الوِزْرِ سواءٌ.

Perumpamaan ummatku ini terdiri dari 4 (empat) macam manusia: 1. Orang yang diberi harta dan ilmu -banyak- oleh Allah, maka dia dapat menggunakan hartanya (secara benar) sesuai dengan ilmunya. 2. Orang yang diberi ilmu oleh Allah tetapi tidak diberi harta yang cukup, maka dia berdo’a wahai Tuhan kalau aku memiliki harta seperti yang dimiliki orang itu pasti aku akan menggunakan harta itu (secara benar) seperti yang dia lakukan, kedua macam orang ini pahalanya sama. 3. Orang yang diberi harta banyak oleh Allah, tetapi tidak diberi ilmu yang cukup sehingga dia menggunakan hartanya untuk bermaksiat kepada Allah. 4. Orang yang tidak diberi ilmu dan tidak diberi harta yang cukup oleh Allah, maka dia berharap, kalau saja aku memiliki harta seperti orang itu, maka pasti aku gunakan harta itu seperti yang dia lakukan dalam kemaksiatan. Kedua orang ini dosanya sama.

Berdasarkan hadits terakhir ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa yang dapat menyelamatkan seseorang itu ternyata bukan hanya sekedar harta yang banyak. Tetapi harta yang banyak itu harus didukung dengan ilmu yang memadai. Seseorang yang memiliki ilmu, kalau dia kaya maka dia dapat berbahagia dengan kekayaannya, tetapi kalau tidak kaya diapun tetap memiliki harapan/keinginan yang baik dan benar menuju keridloan Allah karena terbimbing oleh ilmunya. Sebaliknya orang yang tidak memiliki ilmu. kalau dia kaya maka dia bisa celaka gara-gara kekayaannya, karena ketidak-mampuannya menggunakan harta itu di jalan yang diridioi Allah, dan kalau dia melarat, diapun akan celaka gara-gara kemelaratannya karena obsesi dan keinginannya selalu kearah kemurkaan Allah.
Na’udzubillah tsumma na’udzubillah.

Oleh sebab itulah pada hari yang penuh berkah dan ampunan ini, marilah kita perbanvak do’a, semoga Allah swt. selalu memberi kekuatan dan bimbingan kepada kita semua, semoga seiring dengan bertambahnya umur kita bertamhah pula ilmu kita, semoga selalu dimudahkan dan diperbanyak rizqi yang halal bagi kita sehingga kita dapat memperbanyak ibadah kepadaNya untuk menuju dan mendapatkan ridloNya, amiin yaa robbal ‘alamiin .

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Kedua
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْ لاَ أَنْ هَدَانَا اللهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ؛

فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، اِتَّقُوا اللهَ تَعَالَى حَقَّ تُقَاتِهِ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ وَمَلاَئَكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَالتَّابِعِيْنَ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا لاَ تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

About Muhammad Taqiyyuddin Alawiy

- PENGASUH PONDOK PESANTREN SALAFIYAH SYAFI'IYAH NURUL HUDA MERGOSONO KECAMATAN KEDUNGKANDANG KOTA MALANG - Dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Islam Malang
This entry was posted in Kumpulan Khutbah. Bookmark the permalink.

Leave a Reply